REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih atau yang akrab disapa Demer menjelaskan ekonomi Bali yang tumbuh minus jauh ke bawah dikarenakan pendapatannya sebagian besar berasal dari sektor pariwisata yang sangat tergantung dengan kondisi situasi dunia.
“Ekonomi Bali pertumbuhannya masih minus jauh ke bawah karena kita memang tergantung sekali dengan situasi dunia. Kalau daerah lain mungkin tidak se-minus Bali karena masih memiliki pendapatan dari kelapa sawitnya, batu bara. Sumatera, Kalimantan bisa dari batu bara, sawit. Jawa masih berputar karena ada produksi dalam negeri dan Sulawesi dengan nikelnya. Tapi Bali terpuruk karena tidak ada sama sekali aliran dana yang masuk ke Bali menyebabkan Pertumbuhan Bali sangat minus,” jelas Demer menjelaskan saat Rapat Kerja dengan Menteri BUMN Erick Thohir dengan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Demer meminta kepada pemerintah agar sejumlah event-event bisa diselenggarakan di Bali terlebih dahulu. Hal tersebut mengingat kondisi pertumbuhan ekonomi Bali yang masih minus karena tergantung dengan kedatangan turis mancanegara.
“Saya menyarankan setiap acara-acara jika memungkinkan dilimpahkan ke Bali. Kita mengetahui bahwa Australia masih membatasi masyarakatnya dan China juga belum masuk ke Bali. Diharapkan sejumlah event tidak terkonsentrasi hanya di Nusa Dua tapi juga Kuta, Sanur dan Bedugul,” tambahnya.
Bali merupakan provinsi sekaligus pulau yang begitu didambakan setiap insan dalam menghabiskan waktu liburan atau bersantai. Namun karena pandemi, Bali jadi sepi pelancong.
Google Mobility Index mencatat mobilitas tempat rekreasi, taman bermain, dan transportasi di Bali sejak pandemi selalu berada di teritori negatif. Artinya mobilitas masyarakat di ketiga area tersebut sepi alias tak ada pengunjung.
Saat kebijakan pembatasan wilayah ketat seperti PSBB dan PPKM, mobilitas terpantau anjlok bahkan mencapai indeks -90. Ketiga tempat tersebut berpengaruh besar terhadap ekonomi Bali. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor akomodasi dan transportasi menyumbang hingga 30 persen PDB Bali. Pada saat dilakukan pembatasan akses masuk Bali beserta tempat wisatanya, pertumbuhan ekonomi sektor akomodasi dan transportasi ambles.