REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Praktik perdukunan semakin marak. Bahkan dilakukan terang-terangan dengan ditayangkan melalui media sosial. Sebagian dukun bahkan ada yang menggunakan ayat-ayat Alquran untuk meyakinkan orang-orang akan praktik yang dijalankannya.
Pimpinan Quantum Akhyar Institut, Ustadz Adi Hidayat (UAH), mengatakan orang yang menggunakan ayat-ayat Alquran untuk praktik perdukunan untuk mengelabui orang-orang maka telah melakukan dosa besar.
Justru Alquran menentang praktik perdukunan bahkan menurut UAH Alquran menjadi pembela ketika Rasulullah SAW dituduh orang-orang musyrikin Makkah sebagai dukun dengan Alquran sebagai jimatnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Haqqah ayat 42 yang menjelaskan bahwa Alquran bukanlah perkataan tukang tenung atau peramal atau dukun.
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.”
UAH menjelaskan, dulu Nabi Muhammad SAW saat diturunkan Alquran kepada beliau sebagai pedoman berkehidupan itu sebagian masyarakat di sekitar Makkah ada yang menduga bahkan menuduh Nabi Muhammad SAW itu dukun, penyihir, gila, ayat-ayat Allah SWT diposisikan sebagai jimatnya.
Makanya turun beberapa ayat yang langsung sebagai pembelaan bagi Rasulullah SAW dan menepis tuduhan-tuduhan itu.
“Jadi Allah SWT membebaskan Nabi Muhammad SAW dari tuduhan-tuduhan perdukunan dengan ayat ayat alquran. Lalu sekarang kalau ada orang datang membawa ayat Alquran dan itu dukun maka dosanya besar sekali," katanya.
UAH mengatakan orang-orang yang menjadi dukun sejatinya mereka tidak pernah berdzikir kepada Allah SWT. Karenanya para dukun sudah pasti rusak ibadah shalatnya atau tidak bahkan melakukan sholat sama sekali, dan ketika membawakan ayat Alquran pasti mengalami banyak kesalahan dalam membacanya.
Hal itu karena itu dukun menurut UAH sejatinya dukun menjauhkan manusia dari nikmat Allah SWT yang paling tinggi yakni kenikmatan tersambungnya hamba kepada Allah SWT lewat berdzikir. Karena itu UAH mengajak untuk menjauhi dan mengabaikan informasi yang disampaikan dukun.
"Sekalipun seseorang (dukun) itu mengenakan perangkat keagaman, keislaman dan sebagainya tetapi membawa informasi ajaran yang bertentangan dengan nilai keislaman, maka jauhilah," katanya.
Kendati demikian, UAH mengajak setiap Muslim mendoakan orang-orang yang tersesat dalam praktik perdukunan agar segera bertobat.