Kamis 25 Aug 2022 08:17 WIB

Paus Fransiskus Serukan Pencegahan Bencana Nuklir dari PLTN Zaporizhzhia

Rusia dan Ukraina saling tuding terkait siapa yang membahayakan PLTN Zaporizhzhia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang prajurit Rusia menjaga area Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di wilayah di bawah kendali militer Rusia, tenggara Ukraina, 1 Mei 2022. Moskow dan Kyiv telah bertukar tuduhan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, terbesar di Eropa, yang memicu ketakutan dari bencana nuklir.
Foto: AP Photo
Seorang prajurit Rusia menjaga area Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di wilayah di bawah kendali militer Rusia, tenggara Ukraina, 1 Mei 2022. Moskow dan Kyiv telah bertukar tuduhan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, terbesar di Eropa, yang memicu ketakutan dari bencana nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyerukan komunitas internasional melakukan upaya konkret untuk mengakhiri konflik di Ukraina sesegera mungkin. Dia secara khusus menaruh perhatian pada risiko bencana nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, Ukraina.

"Saya berharap langkah-langkah konkret akan diambil untuk mengakhiri perang dan menghindari bencana nuklir di PLTN Zaporizhzhia,” kata Paus Fransiskus saat berpidato di hadapan audiensi kolektif, Rabu (24/8/2022), dilaporkan kantor berita ANSA.

Baca Juga

Rusia dan Ukraina telah terlibat aksi saling tuding terkait siapa pihak yang membahayakan PLTN Zaporizhzhia. Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada Selasa (23/8/2022), Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menuduh pasukan Ukraina terus menembaki PLTN Zaporizhzhia. Menurutnya tindakan itu meningkatkan bahaya bencana nuklir. “Angkatan bersenjata Ukraina pada dasarnya terus setiap hari menembaki wilayah PLTN dan kota Enerhodar. Ini menciptakan risiko kecelakaan radiasi yang nyata,” ucapnya.

Sementara Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan, Rusia bertanggung jawab atas risiko kecelakaan radiasi di PLTN Zaporizhzhia. Dia mendesak Moskow untuk menarik pasukannya dari fasilitas tersebut, kemudian mengizinkan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) masuk ke sana. “Satu-satunya hal yang ingin didengar seluruh dunia adalah pernyataan bahwa Rusia mendemiliterisasi PLTN Zaporizhzhia, menarik pasukannya, dan menyerahkannya kepada pemerintah Ukraina,” kata Kyslytsya.

Kyslytsya mengatakan negaranya mendukung proposal IAEA untuk mengirim misi guna memeriksa PLTN Zaporizhzhia. Ia berharap IAEA menciptakan kehadiran permanen di fasilitas tersebut untuk melakukan pemantauan secara penuh. “Sangat penting untuk melakukan misi dengan cara yang memungkinkan komunitas internasional untuk melihat situasi nyata dan bukan pertunjukan teater Rusia,” ucapnya.

Sebelum pertemuan di Dewan Keamanan PBB berlangsung, Wakil Sekretaris PBB Rosemary DiCarlo mendesak Rusia dan Ukraina menyepakati demiliterisasi PLTN Zaporizhzhia. “Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun, dan kesepakatan tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah itu harus dicapai. Kami sekali lagi mendesak para pihak untuk memberikan misi IAEA akses langsung, aman, dan tak terbatas ke situs tersebut,” katanya.

Rusia telah menguasai dan mengendalikan PLTN Zaporizhzhia yang berada di kota Enerhodar selama berpekan-pekan. Pasukan Rusia diduga telah menempatkan senjata dan perlengkapan perang di sana. Moskow sudah menyangkal tuduhan tersebut. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement