Kamis 25 Aug 2022 08:35 WIB

Hakim Dakwa Mantan Jaksa Agung Meksiko Atas Kasus Hilang Paksa 2014

Mantan jaksa agung Meksiko dituduh menyiksa para saksi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang pengendara sepeda mengayuh melewati sebuah monumen yang didedikasikan untuk penghilangan 43 siswa tahun 2014 dari sebuah perguruan tinggi guru radikal negara bagian Guerrero, di Mexico City, Sabtu, 20 Agustus 2022. Jaksa mengatakan mereka telah menangkap seorang mantan jaksa agung dan mengeluarkan surat perintah untuk puluhan tentara tentara dan perwira, polisi dan anggota geng dalam penghilangan mahasiswa.
Foto: AP Photo/Marco Ugarte
Seorang pengendara sepeda mengayuh melewati sebuah monumen yang didedikasikan untuk penghilangan 43 siswa tahun 2014 dari sebuah perguruan tinggi guru radikal negara bagian Guerrero, di Mexico City, Sabtu, 20 Agustus 2022. Jaksa mengatakan mereka telah menangkap seorang mantan jaksa agung dan mengeluarkan surat perintah untuk puluhan tentara tentara dan perwira, polisi dan anggota geng dalam penghilangan mahasiswa.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Hakim Meksiko memutuskan terdapat bukti yang cukup untuk mendakwa mantan Jaksa Agung Jesus Murillo atas perannya dalam hilangnya 43 siswa pada 2014 lalu. Otoritas kehakiman mengatakan penyelidikan akan dilanjutkan.

Murillo yang ditahan pada Jumat (18/8/2022) lalu merupakan pejabat tinggi yang diatas kasus ini. Ia dituduh melakukan penyiksaan, penghilangan paksa dan menghalangi proses hukum.

Baca Juga

Sebagai jaksa tertinggi saat itu Murillo mengawasi penyelidikan hilangnya 43 siswa Ayotzinapa Rural Teachers' College di Negara Bagian Guerrero. Penyelidikan tersebut dikritik keras.

Ia ditangkap setelah pekan lalu penyidik hak asasi manusia Meksiko menyebut kasus itu sebagai "kejahatan negara". Kasus ini salah satu pelanggaran hak asasi manusia di Meksiko.

Pakar internasional mengatakan banyak kesalahan dan pelanggaran dalam penyelidikan Murillo yang menyimpulkan para siswa dibunuh kartel narkoba setempat. Ia dituduh menyiksa para saksi. Murillo membela diri dalam sidangnya Rabu (24/8/2022) kemarin.

"Selama tujuh tahun mereka mencari sebuah alternatif (mengenai peristiwa itu), mereka telah menciptakan banyak, dan mereka semua berantakan," kata Murillo.

"Saya bisa terima sejumlah kesalahan, kesalahan yang dapat terjadi, saya dapat menerima itu dilakukan dengan salah, tapi tidak ada yang dapat menjatuhkan (penyelidikan saya)," katanya.

Presiden Andres Manuel Lopez Obrador yang menjabat pada akhir 2018 lalu berjanji melihat kembali kasus itu. Jaksa mengatakan pekan lalu hakim mengeluarkan hampir 100 surat penangkapan yang berkaitan dengan kasus itu. Hanya tiga jenazah siswa yang berhasil diidentifikasi dengan pasti.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement