Kamis 25 Aug 2022 14:15 WIB

Korut Kembali Temukan Wabah Demam di Perbatasan dengan China

Empat kasus demam ditemukan di perbatasan Korut dan China

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Siswa diperiksa suhu tubuhnya sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona di Universitas Teknologi Kim Chaek, Pyongyang, Rabu (22/4).  Empat kasus demam ditemukan di perbatasan Korut dan China. Ilustrasi.
Foto: AP
Siswa diperiksa suhu tubuhnya sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona di Universitas Teknologi Kim Chaek, Pyongyang, Rabu (22/4). Empat kasus demam ditemukan di perbatasan Korut dan China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Korea Utara (Korut) kembali menemukan kasus-kasus demam setelah mendeklarasikan kemenangan atas pandemi Covid-19 dua pekan lalu. Kasus tersebut ditemukan di Provinsi Ryanggang yang berbatasan dengan China.

Media pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dalam laporannya pada Kamis (25/4) mengungkapkan sejauh ini terdapat empat kasus demam yang ditemukan di Ryanggang. KCNA menyebut mereka terinfeksi 'epidemi ganas'.

Baca Juga

“Pihak berwenang segera mengunci daerah di mana kasus demam terjadi dan pada saat yang sama segera memobilisasi tim anti-epidemi bergerak cepat, serta tim diagnosis dan perawatan cepat,” kata KCNA dalam laporannya.

Menurut KCNA, para petugas terkait yang dikerahkan ke lapangan akan turut menyelidiki wabah demam. Pada Mei lalu, Korut, setelah lebih dari dua tahun pandemi berlangsung, akhirnya mengonfirmasi penemuan kasus Covid-19. Wabah menyebar di ibu kota Pyongyang.

Dalam laporan perkembangannya, Korut selalu menggunakan istilah 'pasien demam' dibandingkan 'pasien Covid-19'. Hal tersebut diduga karena negara yang terisolasi akibat sanksi internasional itu tak memiliki kapasitas pengujian memadai. Sejak pengumuman penemuan kasus pertama, Korut mencatatkan lebih dari 4,8 juta kasus 'demam'.

Dari total kasus yang teridentifikasi, hanya 74 pasien meninggal. Para ahli, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah mempertanyakan statistik Covid-19 Korut, termasuk klaim mereka tentang keberhasilan mengatasi wabah. Keraguan atas Korut bersemai karena negara tersebut memiliki salah satu sistem kesehatan terburuk di dunia. Fasilitas di rumah sakit tak lengkap dan tidak ada obat perawatan Covid-19.

Awal bulan ini, pemimpin Korut Kim Jong-un telah mendeklarasikan kemenangan terhadap Covid-19. Kim, yang juga sempat jatuh sakit selama wabah, memerintahkan pencabutan 'sistem pencegahan epidemi darurat level maksimum' Sebab kasus yang dilaporkan secara resmi turun menjadi nol.

Korut telah menyalahkan Korea Selatan (Korsel) atas menyebarnya wabah di negaranya. Pyongyang memperingatkan akan melakukan 'pembalasan'. Hingga kini Korut diyakini belum memvaksinasi 25 juta penduduknya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement