Kamis 25 Aug 2022 15:52 WIB

Orang Tua Perlu Meregulasi Emosinya Dulu, Hindari Overthinking, Sebelum Menstimulasi Anak

Orang tua perlu menghindari overthinking saat memberikan stimulasi emosi anak.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Anak dan orang tuanya bermain di kawasan Taman Puring, Jakarta, Ahad (2/1/2022). Stimulasi emosi anak perlu dilakukan dengan gestur yang konkret, seperti dengan bermain bersama anak.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Anak dan orang tuanya bermain di kawasan Taman Puring, Jakarta, Ahad (2/1/2022). Stimulasi emosi anak perlu dilakukan dengan gestur yang konkret, seperti dengan bermain bersama anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emosi anak dapat memengaruhi banyak hal, termasuk kehidupan sosialnya. Terapis bermain dari Tentang Anak, Grace Melia Kristanto, mengingatkan bahwa orang tua perlu meregulasi emosinya terlebih dahulu dan menghindari overthinking sebelum mengajarinya kepada anak.

Overthinking ditandai dengan terlalu jauh memikirkan bentuk stimulasi yang akan diberikannya pada anak. Ayah dan ibu terlalu sibuk berkutat dengan ketepatan bentuk stimulasi dan aspek perkembangan yang akan terstimulasi.

Baca Juga

"Itu semua dibuang dulu, dan kalau aku lebih suka menggunakan gestur yang konkret," ujar Grace dalam webinar yang diadakan Tentang Anak pada Kamis (25/8/2022).

Gestur yang konkret ini contohnya bermain bersama anak dan masuk ke dalam dunia bermain anak. Dengan begitu, orang tua bisa menyampaikan koneksi yang terfokus pada anak.

Ayah dan ibu tidak perlu menggunakan permainan yang rumit. Hanya dengan membaca buku bersama saja kemesraan itu bisa sangat terasa bagi anak.

"Dan, jangan lupa merawat diri supaya kita juga bisa mengatur waktu dan energi. Karena musuh kita untuk main sama anak itu adalah kalau kita udah capek dan rempong, semua jadi terburu-buru, jadi manajemen waktu dan energi juga penting," kata Grace.

Menurut Grace, menerapkan teori parenting pada anak memang sangat baik, tapi perlu juga disesuaikan dengan realita yang dijalani atau dihadapi oleh anak. Di samping itu, orang tua juga harus sabar dan terus belajar memahami anak, karena anak pasti mencontoh perilaku sekitarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement