REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Budiyono mengatakan, gerakan urban farming atau pertanian urban dapat membantu mengatasi laju inflasi atas kenaikan bahan pangan di daerah.
"Inflasi di Lampung memang sangat terkendali. Namun secara keseluruhan ada beberapa hal yang mengakibatkan inflasi, salah satunya volatile food atau bahan makanan," ujar Budiyono, di Bandarlampung, Kamis (25/8/2022).
Ia mengatakan, salah satu bahan makanan yang sering kali mengalami peningkatan harga adalah cabai dan bawang, sehingga perlu dilakukan gerakan pengendalian inflasi pangan melalui urban farming (pertanian urban)
"Volatile food yang sering mengalami kenaikan harga itu cabai dan bawang, jadi kita bersama-sama mendorong dengan cara menjaga kontinuitas penanaman tanaman pangan oleh KWT dan di masyarakat," katanya.
Menurut dia, untuk mendorong hal tersebut serta dapat mengendalikan inflasi bahan pangan melalui aksi gerak cepat pengendalian inflasi pangan, telah dilakukan pembagian 77 ribu bibit cabai kepada KWT di Lampung.
"Untuk mempercepat gerakan urban farming melalui gerak cepat pengendalian inflasi, telah dibagikan sebanyak 77 ribu bibit cabai kepada kelompok wanita tani di Lampung agar bisa membantu memenuhi kebutuhan pasar akan komoditas yang sering menyumbang inflasi daerah itu," ujarnya.
Dia menekankan, langkah pengendalian inflasi perlu dilakukan dengan kolaborasi semua daerah sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjaga.
"Jadi diharapkan semua bahu membahu menjaga inflasi meski Lampung cukup terjaga. Jadi melalui gerakan nasional pengendalian inflasi pangan mari memenuhi kebutuhan pangan dari tanaman kita sendiri, dan nanti juga akan bekerja sama dengan dinas terkait di 15 kabupaten dan kota," ucapnya.
Diketahui tingkat inflasi Lampung pada Juni 2022 sebesar 1,20 persen atau naik dibanding bulan sebelumnya dengan persentase 0,59 persen dengan rata-rata inflasi dalam tiga tahun belakangan di Lampung sebesar 0,48 persen per bulan.
Bila dilihat dari sumbernya, inflasi pada Juni terjadi akibat adanya peningkatan sejumlah komoditas seperti cabai merah dengan andil inflasi sebesar 0,57 persen, cabai rawit 0,26 persen, bawang merah 0,13 persen. Kemudian, kenaikan tarif angkutan udara 0,12 persen dan rokok kretek filter 0,05 persen.