REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Harga telur ayam terpantau terus melambung di Kota Bandung. Kenaikan ini telah terlihat sejak awal Agustus, dimulai dengan harga Rp 28.200 per kilogram, yang terus merangkak naik menjadi Rp 29.100 per kilo di pertengahan Agustus dan kini menembus angka Rp 33.000 per kilogram.
Berdasarkan pantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, kenaikan harga terjadi di seluruh pasar di Kota Bandung, mulai dari Pasar Kiaracondong, Pasar Kosambi, Pasar Baru, Pasar Sederhana, dan Pasar Andir. Kepala Disdagin Kota Bandung mengatakan, kenaikan harga ini bukan hanya terjadi di Kota Bandung saja, tapi juga wilayah lain di Bandung Raya bahkan Indonesia.
“Kenaikan harga telur ini sudah terjadi dari pekan pertama Agustus, itu setiap pekan naik dan puncaknya pada pekan ini dengan kisaran harga Rp 32-33 ribu. Ini tidak hanya terjadi di kota Bandung ya, kami juga membandingkan dengan kenaikan harga di Bandung Raya seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang itu hampir sama. dan kenaikan harga telur ini mungkin terjadi se-Indonesia,” kata Elly saat ditemui di acara peresmian Jembatan Cikapundung-Cikalapa (Cika-Cika) di Dago Pojok, Kota Bandung, Kamis (25/8/2022).
Dia menerangkan, penyebab terjadinya kenaikan yang fantastis ini adalah karena adanya kenaikan harga pakan ternak. Hal ini, kata dia, telah dipastikan langsung oleh Disdagin Kota Bandung ke wilayah-wilayah pemasok, mengingat hingga saat ini 96,47 persen pasokan pangan Kota Bandung masih didatangkan dari wilayah lain.
“Kami sudah mengkonfirmasi ke peternak yang ada di Ciamis kebetulan Kota Bandung pasoknya dari sana dan juga Blitar. Ternyata harga telur di kandang, di Ciamis, itu sudah Rp 29 ribu per kilo, ditambah dengan ongkos distribusi atau ongkos angkut dari Ciamis ke Kota Bandung itu kurang lebih 10 persennya (Rp 2.900), jadi wajar kalau harga telur melambung di angka Rp 32-33 ribu, dan ini disebabkan karena kenaikan harga pakan,” jelas Elly. “Saya tidak mau berandai-andai, makanya saya langsung menugaskan bidang distribusi perdagangan untuk mengecek langsung ke Ciamis dan Blitar dan itu info yang kami terima,” sambung Elly.
Selain karena harga pakan ternak yang tinggi, pergeseran prioritas penyuplaian telur juga menjadi alasan melejitnya harga telur di Kota Bandung. Menurut Elly, saat ini daerah-daerah sentra atau produsen telur sedang menggencarkan pemenuhan kebutuhan untuk program bantuan pangan non tunai, sehingga permintaan telur dari wilayah-wilayah seperti Kota Bandung tidak dapat sepenuhnya terpenuhi.
Dia juga memastikan bahwa kenaikan ini tidak disebabkan oleh permainan pasar oknum tertentu. Dia menegaskan, jika memang ditemukan adanya indikasi permainan pasar, maka dia mengaku tidak akan segan-segan untuk melaporkan ke Satuan Tugas (Satgas) Pangan. “Tetapi ternyata sekali lagi kita sudah cek harga di kandang dan peternak itu memang ada kenaikan, Rp 29 rb per kilo,” kata dia.
Kenaikan harga ini, kata dia, menjadi yang tertinggi dalam sepanjang masa, di luar waktu-waktu menjelang hari raya. Meski begitu dia meyakini harga telur akan kembali normal dalam beberapa pekan kedepan, merujuk pada janji Menteri Perdagangan Republik Indonesia Zulkifli Hasan untuk menekan harga telur menjadi Rp 28.000 paling lambat dalam tiga pekan kedepan.
“Tadi malam saya dapat info, insya Allah Mendag RI menjanjikan dalam tiga pekan ini, maksimal, harga telur akan turun ke 28 ribu per kilo. Semoga ini bisa jadi kenyataan,” harapnya.
Saat ditanya tentang kemungkinan terburuk, Pemkot Bandung melalui Disdagin akan menggelar operasi pasar agar masyarakat dapat memperoleh telur dan beberapa komoditas pokok dengan harga miring dibanding pasaran, kata Elly. Namun rencana ini hanya akan dilakukan jika harga telur tak kunjung menurun hingga awal September mendatang, sambungnya.“Itu langkah terakhir kalau memang harga ini lama turunnya,” kata dia.