Kamis 25 Aug 2022 19:35 WIB

Pasien Pertama Cacar Monyet Disarankan Lakukan Isolasi Terpusat

Epidemiolog menyarankan pasien pertama cacar monyet melakukan isolasi terpusat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet. Epidemiolog menyarankan pasien pertama cacar monyet melakukan isolasi terpusat.
Foto: AP Photo/Martin Mejia
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet. Epidemiolog menyarankan pasien pertama cacar monyet melakukan isolasi terpusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyarankan agar pasien terkonfimasi pertama cacar monyet melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter). Hal ini guna mengantisipasi adanya ksus konfimasi lainnya dalam satu bulan pertama.

"Karena cenderung enggak aman, ya ini namanya kasus pertama. Namanya kasus pertama itu perlu ada pembelajaran dulu, melatih dulu, termasuk kita memberi edukasi atau literasi pada publik nanti atau pada kelompok berisiko ini nanti gimana, kalau ada kasus tambahan seperti apa," terang Dicky dalam keterangannya, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga

Dicky juga mendorong pemerintah melakukan penanganan serta pengendalian terbaik pada kasus pertama ini agar dapat mengetahui penanganan dan pengendaliannya seperti apa ke depannya. Hal tersebut dilakukan agar cacar monyet tidak orrlu menjadi penyakit endemi di Indonesia.

"Karena, kalau sudah masuk populasi, ya saya enggak bisa berkata apa-apa lagi. Ya sulit nanti terjadi endemi di Indonesia, ya yang rugi kita sendiri," ucap dia.

Kemenkes RI memastikan satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox. Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum tertular.

Berdasarkan penelusuran, pasien berpergian ke luar negeri antara tanggal 22 Juli hingga tiba kembali di Jakarta pada 8 Agustus 2022. Pasien mulai mengalami gejala awal monkeypox di tanggal 11 Agustus 2022.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menegaskan, penanganan pasien cacar monyet memang berbeda dengan Covid-19. Bila perawatan pasien Covid-19, terutama gejala berat membutuhkan ruang isolasi bertekanan negatif di rumah sakit, sedangkan pasien positif monkeypox tidak memerlukan jenis ruangan tersebut.

"Pasien ini tidak memerlukan ruang isolasi ya. Sekali lagi, tidak memerlukan ruang isolasi sebagaimana (pasien) Covid-19. Ruang isolasinya itu berbeda," jelas Syahril.

"Walaupun sama-sama ruang isolasi, kalau Covid-19 itu dengan tekanan negatif, tapi kalau (pasien) cacar monyet tidak memerlukan ruang isolasi yang bertekanan negatif," sambungnya.

Oleh karenanya, dengan gejala yang masih ringan, pasien pertama cacar monyet menjalani isolasi mandiri di rumah. Adapun Kemenkes saat ini sedang proses mempersiapkan vaksin cacar monyet atau monkeypox. Kemenkes juga mengeklaim telah memperketat skrining di pintu-pintu masuk negara sejak cacar monyet terdeteksi pada Mei 2022.

"Penguatan pintu masuk sudah sejak bulan Mei mulai terdeteksi cacar monyet di beberapa negara dan surat edaran kewaspadaan sudah [ada] sejak bulan Mei di KKP (kantor kesehatan pelabuhan) dan dinkes (dinas kesehatan) seluruh Indonesia," tutur Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement