Jumat 26 Aug 2022 00:25 WIB

Paylater Dinilai Bisa Menarik Konsumen Belanja Offline

Aprindo melihat belanja secara fisik atau offline akan terus ada peminatnya.

Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring (ilustrasi). Asosiasi ritel menilai metode penundaan pembayaran, paylater, bisa menarik konsumen untuk belanja secara fisik (offline).
Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring (ilustrasi). Asosiasi ritel menilai metode penundaan pembayaran, paylater, bisa menarik konsumen untuk belanja secara fisik (offline).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi ritel menilai metode penundaan pembayaran, paylater, bisa menarik konsumen untuk belanja secara fisik (offline). "Untuk tetap dapat mempertahankan konsumen, para pelaku ritel offline juga perlu berinovasi untuk memberikan kemudahan akses belanja, salah satunya melalui integrasi dengan layanan keuangan kredit digital yang semakin mudah, fleksibel, dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Setyadi Surya, dalam siaran pers, Kamis (25/8/2022).

Perilaku masyarakat banyak yang berubah sejak pandemi virus corona melanda dua tahun belakangan. Sejak aktivitas fisik terbatas, semakin banyak orang yang berbelanja menggunakan aplikasi digital.

Baca Juga

Aprindo melihat belanja secara fisik atau offline akan terus ada peminatnya, salah satunya karena masyarakat jenuh berdiam diri di rumah. Kemitraan peritel dengan layanan keuangan yang memiliki fitur penundaan pembayaran, menurut Aprindo bisa menguntungkan konsumen dan ritel.

Kredivo mengumumkan kerja sama dengan Ramayana untuk memperluas layanan keuangan berbasis digital ke masyarakat yang tinggal di kota tingkat (tier) dua dan tiga.

Kerja sama seperti ini diharapkan bisa memperluas layanan kredit digital sehingga bisa mempercepat ekonomi daerah. Data internal Kredivo menunjukkan pengguna layanan penundaan pembayaran di area tingkat dua dan tiga naik sebesar 52 persen pada semester pertama 2022, naik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Para pengguna fitur penundaan pembayaran ini menggunakannya untuk transaksi kategori fesyen, yang menurut data perusahaan tersebut menempati posisi pertama untuk transaksi terbanyak di kota tingkat dua dan tiga.

Proporsi transaksi untuk kategori fesyen mencapai 20,1 persen di area tingkat dua dan tiga, disusul produk makanan sebesar 18,3 persen dan produk kesehatan 18,6 persen. Metode penundaan pembayaran atau paylater diyakini bisa mendorong peningkatan inklusi keuangan di kota tingkat dua dan tiga.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement