REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG – Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) ruas Terbanggi Besar – Pematang Panggang - Kayuagung (Terpeka) banyak yang berlubang dan bergelombang. Pengendara terpaksa ekstra hati-hati setelah melewati ruas JTT Bakauheni – Terbanggi Besar.
Pemantauan Republika di JTTS ruas Terpeka, Kamis (25/8/2022), kerusakan jalan tol seperti berlubang dan bergelombang terbanyak saat memasuki Pematang Panggang, Mesuji, Lampung hingga Kayuagung, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Para pengendara terpaksa melambatkan laju kendaraan untuk menghindari jebakan lubang yang tersebar di banyak titik. Pengendara juga harus waspada dengan kecepatan kendaraan karena banyak jalan bergelombang tanpa ada tanda lalu lintas peringatan.
Beberapa titik setelah Pematang Panggang, sekira satu kilometer, PT Hutama Karya, pengelola JTTS ruas Terpeka terpaksa mengalihkan jalur jalan tol ke seberang. Perbaikan jalan tol oleh PT HK tersebut membuat arus kendaraan dari Palembang dan Bakauheni jadi satu lajur berlawanan arus.
“Asal jangan lewat jalan tol malam saja, karena banyak lubang dan jalan bergelombang. Kalau siang masih dapat dilihat, meskipun sering juga terjebak lubang,” kata Aswandi (59 tahun), sopir mobil pribadi, warga Bandar Lampung, Kamis (25/8/2022).
Menurut dia, ia pernah berangkat mengantar penumpang dari Lampung ke Palembang lewat jalan tol, jalan sedang diperbaiki. Sekira dua atau tiga pekan dari keberangkatan tersebut saat ke Palembang jalan yang sudah diperbaiki tersebut rusak kembali.
Bagi pengendara di luar Lampung dan Palembang, hendaknya berhati-hati dan tidak melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi seperti ruas JTTS Bakauheni – Terbanggi Besar. “Kalau ruas Terbanggi sampai Kayuagung banyak rusak, jalan bergelombang, rawan kecelakaan,” kata pensiunan PNS tersebut.
Berdasarkan pemantauan Republika, kerusakan jalan tol ruas Terpeka tersebut diduga kontur tanah antara di Lampung dan Sumsel berbeda. Kalau ruas jalan tol di Lampung mayoritas jalannya keras, sedangkan di ruas Sumsel jalan tol berdiri di lahan rawa gambut atau sawah.
Selain kontur tanah yang masih labil, muatan kendaraan jenis truk fuso dan trailer juga ikut menambah kerusakan jalan sehingga berlubang dan bergelombang.
“Sekarang rata-rata truk fuso barang dengan muatan lebih lewat jalan tol semua, karena kalau lewat bawah (jalan lintas biasa), biaya operasionalnya lebih besar,” kata Hasan (42 tahun), pengemudi truk fuso saat berada di rest area Terpeka KM 232.
Dia mengatakan, kehadiran jalan tol dari Bakauheni sampai Palembang sangat membantu sopir angkutan barang. Selain waktu tempuh lebih cepat, juga biaya operasional lebih hemat bila lewat di jalan lintas Sumatra.
“Kalau lewat tol kita bayar resmi, tidak ada macet. Tapi kalau lewat jalan lintas banyak kecewanya, jalan macet, rusak, banyak premannya. Jatah sopir habis di jalan,” tutur Hasan.
Tapi, sekarang jalan tol terpanjang di Indonesia (189 km) JTTS ruas Terpeka setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 15 November 2019, sudah banyak yang rusak dan bergelombang. Akibatnya, banyak kendaraan yang kehilangan kendali sehingga terjadi kecelakaan tunggal.