REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan pendirian University Muhammadiyah Malaysia (UMAM) menjadi tonggak nilai sosio historis dan nilai penting keserumpunan untuk mempererat kembali penggunaan bahasa melayu.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Kuala Lumpur, Kamis (25/8), Haedar mengatakan sebagai bangsa serumpun, keberadaan UMAM dapat menjadi tonggak sosio historis dan nilai penting keserumpunan untuk mempererat kembali, mempertautkan keserumpunan bahasa melayu. Dalam konteks Indonesia, bahasa Melayu adalah induk dari bahasa Indonesia.
Dalam konferensi Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) ke-53, Haedar mengatakan ada kesepakatan dari setiap negara untuk menjadikan bahasa melayu di mana penuturnya sangat banyak. Di Indonesia, setidaknya ada sekitar 271 juta orang dan di Malaysia dan negara lainnya sekitar 45 juta orang. Hal tersebut dinilai akan menjadikan bahasa melayu sebagai kekuatan bahasa kawasan dan global.
Ia juga mengatakan selain diikat oleh bahasa yang serumpun, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam juga terikat dalam unsur agama. Dia menjelaskan, ketiga negara tersebut mayoritas penduduknya beragama Islam."Bagi tiga negara tersebut, Islam telah menjadi sumber nilai utama," ujar dia.
Ia mendorong adanya obyektivitas agama, agar Islam sebagai dinul hadharah dapat membangun dan membawa kemajuan bagi Indonesia dan Malaysia. Seyogyanya, ujar Haedar, agama Islam bukan hanya ditampilkan dalam wujud simbolis semata, tapi Islam sebagai sumber nilai hidup yang memajukan.
Lewat kerja sama bidang pendidikan yang dilakukan antara Muhammadiyah dengan Malaysia, ujar Haedar, keberadaan UMAM diharapkan menyejajarkan bangsa serumpun ini menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa yang telah maju. Sebab, menurut dia, pendidikan merupakan institusi strategis dalam menciptakan bangsa yang unggul dan maju.
Saat menghadiri acara International Summit on Knowledge Advancement (ISKA) di Perlis, Malaysia, Haedar juga sempat memberikan semangat kepada calon mahasiswa UMAM dan keluarga besar Muhammadiyah di Malaysia. Dia menegaskan, gedung perguruan tinggi tersebut diperkirakan akan rampung sepenuhnya pada Desember 2022.
Menurut dia, luasan bangunan kampus di era modern serba daring tidak terlalu signifikan dalam hal belajar mengajar. Namun yang jelas keberadaan UMAM akan menjadi pusat pendidikan tersebut dan sejarah akan dimulai.
Ia mengatakan saat memulai tentu semua terlihat sederhana. Meski demikian, hal terpenting yang harus ditanamkan adalah kebanggaan. Di Perlis, ujar dia, memang hanya ada satu universitas Muhammadiyah. Meski demikian, UMAM sudah menjadi bagian dari 172 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, yang di atasnya ada Muhammadiyah yang memiliki tradisi besar.
"Insya Allah ini kampus masa depan. Terima kasih pada yang pertama menjadi calon mahasiswa karena ini adalah pioner. Jadi semua tergantung kita, ukurannya kita mau minta kemajuan atau tidak," kata Haedar.
Ikuti Whatsapp Channel Republika