Jumat 26 Aug 2022 17:15 WIB

Warga Turki Semakin Sulit Dapatkan Visa Schengen

16,5 persen pelamar visa dari Turki tahun lalu ditolak visanya, naik dari 12,5 persen

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Negara Uni Eropa pemegang Visa Schengen.
Foto: studentnewsbd.com
Negara Uni Eropa pemegang Visa Schengen.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presenter olahraga Turki Sinem Okten terkejut melihat aplikasi visanya ke wilayah Schengen Eropa ditolak dua kali. Padahal dia sering berkunjung untuk meliput pertandingan dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti kiper Italia Gianluigi Buffon dan Juergen Klopp dari Liverpool.

"Saya melamar dulu ke Jerman lalu ke Prancis. Keduanya menolak lamaran saya. Saya telah bepergian ke luar negeri berkali-kali untuk mengikuti dan memfilmkan pertandingan dan mewawancarai orang, mungkin 50-60 kali. Ini pertama kalinya saya mengalami masalah ini," ujar Okten.

Okten mengatakan kedutaan Jerman tidak memberikan alasan untuk menolak lamarannya. Sebuah dokumen dari kedutaan Prancis yang dilihat oleh Reuters menyebutkan bahwa mereka tidak melihat cukup bukti bahwa presenter televisi itu dapat membiayai diri untuk tinggal di Prancis atau kembali ke Turki.

Data schengenvisainfo.com menunjukkan,  16,5 persen pelamar visa dari Turki tahun lalu ditolak visanya, naik dari 12,5 persen tahun sebelumnya. Penolakan Schengen hanya empat persen pada 2015 dan mulai meningkat pada 2017 untuk orang Turki.

Biaya visa sekitar 100 euro atau sepertiga dari upah minimum Turki tidak dapat dikembalikan entah visa tersebut dikeluarkan atau tidak. "Secara keseluruhan, tingkat penolakan untuk aplikasi visa Schengen telah meningkat di seluruh dunia ... tetapi, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Rusia, pertumbuhan tingkat penolakan Turki jauh lebih besar dan konsisten," kata pemimpin redaksi di SchengenVisaInfo.com Shkurta Januzi.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, waktu pemrosesan yang lama dan peningkatan yang diamati dalam tingkat penolakan adalah perbuatan sengaja.

"Sayangnya, Amerika Serikat dan beberapa negara barat Uni Eropa (UE) dan non-UE memberikan janji temu visa kepada warga kami satu tahun, 6-7-8 bulan kemudian. Mereka juga meningkatkan tingkat penolakan. Ini direncanakan dan disengaja," katanya pada Selasa (23/8/2022).

Cavusoglu menolak alasan terkait dengan tindakan virus Corona atau kekurangan personel. Dia mengklaim penolakan visa dimaksudkan untuk membuat Presiden Recep Tayyip Erdogan  pusing sebelum pemilihan.

Kementerian Luar Negeri akan memperingatkan duta besar dari beberapa negara Barat tentang masalah ini pada September. "Jika situasinya tidak membaik setelah itu kami akan mengambil tindakan pencegahan dan pembatasan," ujar Cavusoglu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement