REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax ikut disubsidi sepanjang pada tahun ini. Hal ini mengingat tekanan harga minyak dunia mencapai level 108,9 dolar AS pada Juli 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tekanan harga minyak dunia melonjak bahkan di luar proyeksi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 dan prediksi Energy Information Administration (EIA) serta konsensus pasar.
"Bahkan Pertamax sekalipun yang dikonsumsi oleh mobil-mobil biasanya bagus berarti pemiliknya mampu, itu setiap liternya dapat subsidi," ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (26/8/2022).
Sri Mulyani menyebut adanya kondisi ini harga keekonomian Pertamax atau harga di pasar seharusnya sebesar Rp 17.300 per liter, sedangkan harga jual eceran yang digunakan Pertamina hanya sebesar Rp 12.500 per liter. Artinya selisih harga ini ditanggung pemerintah untuk mencegah tekanan harga masyarakat.
"Jadi itu setiap liternya dapat subsidi Rp 4.800," ucapnya.
Maka itu, menurutnya, BBM bersubsidi juga ada selisih harga yang ditanggung pemerintah lebih besar lagi. Dia mencontohkan harga Pertalite yang dijual Pertamina hanya Rp 7.650 per liter sedangkan harga pasar Rp 14.450 per liter. Artinya subsidi yang terkucur Rp 6.800 per liter.
"Artinya harga Pertalite sekarang ini 53 persen rakyat yang mengonsumsi menggunakan Pertalite setiap liter dapat subsidi Rp 6.800 setiap liter yang dibeli," ujar dia.
Sedangkan harga solar seharusnya sebesar Rp 13.950 per liter sedangkan harga jual eceran yang digunakan Pertamina hanya Rp 5.150 per liter. Artinya subsidi yang terkucur sebesar Rp 8.800 per liternya.
Berdasarkan APBN yang telah ditetapkan dalam Perpres 98 Tahun 2022 dia mengatakan, proyeksi harga minyak mentah Indonesia atau ICP hanya 100 dolar AS per barel, dan proyeksi EIA 104,8 dolar AS per barel serta proyeksi konsensus 105 dolar AS per barel.