Sabtu 27 Aug 2022 07:37 WIB

Satgas Ingatkan Lonjakan Kasus Covid-19 Sebabkan Munculnya Subvarian Baru

Menkes menyebut Indonesia berpotensi hadapi tantangan subvarian baru 6 bulan ke depan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
uru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kenaikan kasus positif yang sangat tinggi di sejumlah negara saat ini menyebabkan munculnya varian atau subvarian baru. Kondisi disebabkan karena kelalaian dalam penanganan transmisi kasus.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
uru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kenaikan kasus positif yang sangat tinggi di sejumlah negara saat ini menyebabkan munculnya varian atau subvarian baru. Kondisi disebabkan karena kelalaian dalam penanganan transmisi kasus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kenaikan kasus positif yang sangat tinggi di sejumlah negara saat ini menyebabkan munculnya varian atau subvarian baru. Kondisi disebabkan karena kelalaian dalam penanganan transmisi kasus.

“Hal ini karena terlambatnya penanganan transmisi segelintir kasus yang umumnya karena kelalaian. Kondisi ini mengakibatkan virus menyebar cepat, berkembang biak, bahkan bermutasi di komunitas itu sendiri,” ujar Wiku saat konferensi pers, dikutip pada Sabtu (27/8).

Ia pun mencontohkan munculnya subvarian BA.4.6 di Amerika Serikat. Karena itu, meskipun hasil serosurvey antibody Covid-19 nasional per Juli 2022 menunjukan hasil yang tinggi, Wiku mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadai potensi kenaikan kasus karena berbagai faktor.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga menyampaikan, Indonesia berpotensi menghadapi tantangan subvarian baru pada enam bulan ke depan. Saat ini, lanjut Wiku, pemerintah masih mengamati pergerakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Karena itu, di tengah kenaikan kasus dunia ini, ia menekankan pentingnya untuk terus meningkatkan dan mempertahankan herd immunity sebagai upaya penanganan pandemi.

“Sehingga menjaga level antibody dan imunitas populasi yang baik seperti sekarang ini merupakan hal yang perlu dijaga bahkan terus diperkuat dengan upaya pengendalian lainnya seperti pengaturan mobilitas,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement