Sabtu 27 Aug 2022 19:13 WIB

Keresahan yang Memperoleh Kemuliaan

Dalam setiap keresahan terdapat satu kemuliaan.

Suami memberi nafkah istri (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suami memberi nafkah istri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syamsul Yakin

Dalam kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah,  Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menceritakan tentang Ali bin Abi Thalib yang saat itu menjadi Amirul Mukminin. Satu hari, Ali menanyakan tentang keadaan Salman al-Farisi. Salman menjawab, "Aku sedang merasakan empat keresahan."  Ali balik bertanya, "Keresahan apa sajakah itu? Semoga kamu dirahmati Allah."

Salman menjelaskan, "Pertama, aku merasa  resah memikirkan keluargaku yang membutuhkan makanan. Kedua, aku merasa resah memikirkan perintah untuk tetap taat kepada Allah dalam segala kondisi. Ketiga, aku merasa resah memikirkan setan yang selalu mengajakku untuk berbuat maksiat. Keempat aku merasa resah memikirkan malaikat maut yang selalu mengincar nyawaku."

Ali lalu merespons Salman. Di luar dugaan Salman, Ali malah berseloroh, "Hai Salman, bergembiralah kamu dengan keempat keresahan itu. Sebab dalam setiap keresahan terdapat satu kemuliaan. Ceritanya begini, suatu hari hari aku bertemu Rasulullah, beliau bertanya kepadaku, "Hai Ali, bagaimana keadaanmu?" Aku jawab, "Ya Rasulullah aku sedang merasakan empat keresahan".

Lalu Ali mejelaskan keresahannya kepada Nabi, "Pertama, aku merasa resah soal keadaan di rumahku yang hanya ada air.  Kedua, aku merasa resah soal ketaatan kepada Allah. Ketiga, aku merasa resah soal hidup sesudah mati. Keempat,  aku merasa resah soal malaikat maut."  Nabi menjawab, "Hai Ali, bergembiralah kamu (dengan sebab keempat keresahan itu)".

Lebih lanjut Nabi menjelaskan, "Merasa resah mengenai keluarga jadi penutup dari api neraka. Merasa resah soal ketaatan kepada Allah malah akan diberi rasa aman dari siksa. Merasa resah karena memikirkan hidup sesudah mati adalah jihad yang lebih utama dari beribadah enam puluh tahun. Merasa resah dari incaran malaikat maut adalah penghapus dari segala dosa."

Dalam hadits lain, Nabi mewanti-wanti soal memberi nafkah keluarga, "Nafkah yang diberikan seorang kepala rumah tangga kepada keluarganya bernilai sedekah. Sungguh, seseorang diberi ganjaran oleh sebab sesuap nasi yang dia masukkan ke dalam mulut keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini jadi motivasi bagi semua kepala keluarga.

Dalam Alquran,  taat kepada Allah bukan hanya berhadiah aman dari siksa, tapi juga memperoleh kemenangan. Allah berfirman, "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS. al-Nuur/24: 52). Kemenangan dalam ayat ini, menurut pengarang Tafsir Jalalain adalah surga.

Berikutnya, orang yang resah memikirkan akhirat lalu memilih akhirat sebagai tujuan hidup dan matinya adalah pilihan yang tepat, sebab akhirat  itu memang lebih baik. Allah tegaskan, "Dan tidaklah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. al-An'am/6: 32).

Terakhir, orang yang resah memikirkan malaikat maut tidak hanya akan dihapus dosanya, tapi juga dipuja-puji oleh Nabi sebagai orang yang paling cerdas. Bersumber dari Ibnu Umar diceritakan bahwa Nabi ditanya oleh orang Anshar,  "Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?" Nabi menjawab, "Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas." (HR. Ibnu Majah).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement