REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Pertunjukan kembang api terbesar di Eropa berlangsung di ibu kota Hongaria, Budapest pada Sabtu (27/8/2022). Pertunjukan ini berlangsung dengan meriah, meski sebelumnya terjadi kontroversi akibat pemecatan pejabat badan cuaca.
Acara yang menarik puluhan ribu orang ke Sungai Danube di Budapest seharusnya terjadi pada pekan lalu dalam peringatan libur nasional Hungarian. Namun, pertunjukan diundur akibat laporan ramalan cuaca yang ternyata meleset.
Pada awal pekan, dua pejabat tinggi di Layanan Meteorologi Nasional Hungaria dipecat. Keputusan ini usai komite pemerintah yang mengelola acara liburan menunda pertunjukan berdasarkan prediksi dinas cuaca tentang kemungkinan besar hujan lebat malam itu.
Sementara badai memang melanda daerah lain di Hungaria malam itu, badai itu tidak menghantam ibu kota. Kepala dinas cuaca Kornelia Radics yang telah menjabat sejak 2013 dan wakilnya Gyula Horvath yang telah menjabat sejak 2016 harus kehilangan pekerjaan.
Pemecatan itu menimbulkan tuduhan dari kritikus kepada pemerintah nasionalis Hungaria yang dipimpin oleh Perdana Menteri otokratis Viktor Orban. Keputusan yang diambil dinilai menunjukan tekanan politik hukuman yang mengingatkan pada masa lalu.
Pemerintah Hungaria mengatakan, pemecatan itu terkait dengan perkiraan 20 Agustus tetapi menteri yang mengawasi dinas cuaca sebelumnya memang merasa tidak puas dengan kinerjanya. Laszlo Hanyecz yang menjabat wakil presiden layanan cuaca untuk urusan ekonomi akhirnya dipilih sebagai kepala sementara.
Climate Without Borders, jaringan internasional pembawa acara cuaca, merilis surat yang ditandatangani oleh 76 anggota dari 48 negara yang menyatakan solidaritas dengan para pejabat dinas cuaca yang dipecat.
"Sebagai peramal, misi pertama kami adalah melindungi kehidupan dan properti. Ketika ahli meteorologi Hungaria melihat bahaya dalam ramalan, mereka melakukan apa yang akan dilakukan oleh siapa pun dari kita, memperingatkan risiko terhadap kehidupan," tulis surat itu mengutuk pemecatan.