Senin 29 Aug 2022 20:03 WIB

Pakistan Mulai Terima Bantuan Internasional

Korban meninggal akibat bencana banjir Pakistan tercatat sedikitnya 1.061 orang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Pasukan tentara mengevakuasi orang-orang dari daerah yang dilanda banjir di Rajanpur, distrik Punjab, Pakistan, Sabtu, 27 Agustus 2022. Para pejabat mengatakan banjir bandang yang dipicu oleh hujan muson lebat di sebagian besar Pakistan telah menewaskan hampir 1.000 orang dan membuat ribuan lainnya mengungsi sejak itu. pertengahan Juni.
Foto: AP/Asim Tanveer
Pasukan tentara mengevakuasi orang-orang dari daerah yang dilanda banjir di Rajanpur, distrik Punjab, Pakistan, Sabtu, 27 Agustus 2022. Para pejabat mengatakan banjir bandang yang dipicu oleh hujan muson lebat di sebagian besar Pakistan telah menewaskan hampir 1.000 orang dan membuat ribuan lainnya mengungsi sejak itu. pertengahan Juni.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan mulai menerima bantuan internasional untuk mengatasi banjir bandang di negaranya. Hingga Ahad (28/8), korban meninggal akibat bencana tersebut telah tercatat sedikitnya 1.061 orang.

Laporan menyebut, pesawat kargo dari Turki dan Uni Emirat Arab (UEA) telah mendarat di ibu kota Islamabad pada Senin (29/8/2022). Selain pasokan pangan dan medis, kedua negara itu turut menyuplai tenda darurat untuk para pengungsi. Bantuan tersebut nantinya disalurkan ke daerah-daerah terdampak.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari memang telah meminta bantuan internasional untuk menangani bencana banjir di negaranya. “Ke depan, saya berharap tidak hanya Dana Moneter Internasional (IMF), tapi komunitas internasional dan lembaga internasional benar-benar memahami tingkat kehancuran,” ucapnya Ahad lalu.

Dia mengaku belum pernah melihat skala kehancuran yang saat ini dialami negaranya. “Jelas ini akan berdampak pada situasi ekonomi secara keseluruhan,” ucapnya.

Merespons seruan Pakistan, PBB telah merencanakan penghimpunan dana kilat sebesar 160 juta dolar AS. Proses pengumpulan dana dijadwalkan dimulai Selasa (30/8). Selain telah menewaskan sedikitnya 1.061 orang, sebanyak 33 juta penduduk Pakistan terdampak bencana banjir.

Menteri Penerangan Pakistan Maryam Aurangzeb mengatakan, tentara dan organisasi penyelamat telah dikerahkan untuk mengevakuasi warga di banyak distrik di Sindh selatan, Khyber Pakhtunkhwa barat laut, Punjab timur, dan Provinsi Baluchistan barat daya. “Pemerintah telah menyalurkan dana yang cukup untuk memberi kompensasi finansial kepada masyarakat yang terkena dampak dan kami tidak akan membiarkan rakyat kami sendirian di masa sulit ini,” katanya.

Di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut, banjir menghancurkan gerbang sistem kontrol air utama di Sungai Swat. Hal itu tak pelak menyebabkan banjir di distrik Charsadda dan Nowshera. “Kami mendahului situasi serta memperingatkan dan memaksa warga yang ragu-ragu untuk meninggalkan rumah mereka demi keselamatan dan pindah ke kamp-kamp bantuan yang didirikan di gedung-gedung pemerintah di tempat-tempat yang aman,” kata Sania Safi, seorang pejabat di Charsadda.

Safi khawatir volume air di sungai Swat dan Kabul akan terus naik. Menurutnya hal itu akan menambah kesengsaraan warga yang tak hanya kehilangan harta dan benda, tapi juga sanak saudara. Di Distrik Nowshera, pejabat lokal Quratul Ain Wazir mengatakan, air banjir menenggelamkan jalan-jalan sebelum air tercurah menuju ke daerah dataran rendah

"Pemerintahan kami telah mengevakuasi banyak orang dan membawa orang lain ke kamp-kamp bantuan di mana pemerintah menyediakan tempat tidur dan makanan di gedung-gedung yang aman. Kami akan mengerahkan polisi untuk memaksa mereka yang ragu-ragu meninggalkan rumah mereka,” kata Quratul Ain Wazir.

Juru bicara otoritas penanggulangan bencana Baluchistan, Asadullah Nasir, mengatakan, 34 kabupaten di provinsi miskin itu terkena dampak parah hujan lebat dan banjir. Dia mengungkapkan, jaringan jalan hancur dan jembatan-jembatan. Oleh sebab itu bantuan hanya mungkin disalurkan ke daerah-daerah terdampak dengan mengerahkan helikopter. Namun cuaca buruk terkadang tak memungkinkan langkah tersebut.

Nasir mengatakan, sejauh ini Baluchistan telah mengkonfirmasi 235 kematian. Namun jumlah itu diperkirakan akan meningkat secara signifikan setelah jaringan komunikasi pulih.

Menteri Iklim Pakistan Sherry Rehman menilai, terdapat anomali dari bencana banjir bandang yang kini melanda negaranya. “Apa yang kita lihat sekarang adalah lautan air yang menenggelamkan seluruh distrik. Ini sangat jauh dari musim hujan normal. Ini adalah distopia iklim di depan pintu kami,” ucapnya.

Menurut Rehman, iklim pemanasan menyebabkan gletser di daerah pegunungan utara mencair lebih cepat dari biasanya. Hal tersebut memperburuk dampak hujan lebat. Pakistan memiliki lebih banyak gletser dibandingkan wilayah mana pun di luar wilayah kutub. Itu membuat Pakistan menjadi salah satu negara yang paling terkena dampak cuaca ekstrem terkait perubahan iklim.

 

 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement