Selasa 30 Aug 2022 04:02 WIB

Cegah Radikalisme-Terorisme, BNPT Ingatkan Perempuan Selektif Berinteraksi di Media Sosial

Keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme meningkat selama 10 tahun terakhir.

Red: Reiny Dwinanda
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. Menurut Boy, keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme meningkat selama 10 tahun terakhir.
Foto: Republika/Flori Sidebang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. Menurut Boy, keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme meningkat selama 10 tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar mengatakan kaum perempuan harus selektif dan waspada dalam berinteraksi di media sosial (medsos). Ia mengingatkan bahwa itu penting untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme.

"Kami berharap ibu-ibu sebagai pimpinan di masyarakat atau keluarga agar hati-hati dan waspada berinteraksi di dunia maya, jaga anak-anak kita," kata Boy melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (29/8/2022).

Baca Juga

Apalagi, menurut Boy, keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme meningkat selama 10 tahun terakhir. Peran perempuan telah bertransformasi dari pendukung menjadi pelaku. BNPT mencatat 18 perempuan muda Indonesia nekat melakukan aksi terorisme.

"Kelompok teror kerap memanfaatkan sifat feminin perempuan makanya banyak perempuan dilibatkan selama 10 tahun terakhir," ujar Boy pada kegiatan Perempuan Teladan Optimis Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Utara.

Kepala BNPT melihat perempuan dan anak-anak sebagai korban propaganda radikal terorisme di medsos. Selain faktor internal dalam diri perempuan itu sendiri, peningkatan peran kaum ibu dalam terorisme juga tidak lepas dari pengaruh dunia maya.

"Dunia digital ini termasuk sarana menyebarkan virus kekerasan dalam masyarakat dan berpotensi dicontoh anak-anak kita, mereka (perempuan dan anak) rentan menjadi korban propaganda tersebut," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement