Selasa 30 Aug 2022 08:09 WIB

Peran Perempuan dalam Terorisme Meningkat 10 Tahun Terakhir 

Tercatat 18 perempuan muda Indonesia melakukan aksi terorisme

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kegiatan Perempuan Teladan Optimis Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Utara, Senin (29/8/2022). Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan 18 perempuan muda Indonesia nekad melakukan aksi terorisme.
Foto: Dok Istimewa
Kegiatan Perempuan Teladan Optimis Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Utara, Senin (29/8/2022). Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan 18 perempuan muda Indonesia nekad melakukan aksi terorisme.

REPUBLIKA.CO.ID,  MEDAN— Keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme meningkat dalam 10 tahun terakhir. 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, menjelaskan peran perempuan bertransformasi dari pendukung menjadi pelaku. Tercatat 18 perempuan muda Indonesia nekad melakukan aksi terorisme.  

Baca Juga

"Kelompok teror kerap memanfaatkan sifat feminim dari perempuan makanya banyak perempuan dilibatkan selama 10 tahun terakhir," ujar Boy Rafli dalam kegiatan Perempuan Teladan Optimis Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatra Utara, Senin (29/8/2022).  

Kegiatan Perempuan Teladan Optimis Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian ini dihadiri ratusan tokoh perempuan lintas agama di Sumatra Utara. 

Selain itu, turut hadir pula jajaran Forkopimda provinsi dan kota sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pencegahan radikalisme dan terorisme di daerah, serta Staf Khusus Bidang Kerja Sama Ulama BNPT, Habib Abubakar Alatas. 

Boy melihat perempuan dan anak sebagai korban propaganda radikal terorisme di media sosial. Dia menekankan selain faktor internal dalam diri perempuan itu sendiri, peningkatan peran perempuan dalam terorisme juga tidak lepas dari pengaruh media sosial. 

"Dunia digital ini termasuk sarana menyebarkan virus kekerasan dalam masyarakat.  Perempuan dan anak)rentan menjadi korban propaganda tersebut," lanjut dia. 

Agar mata rantai radikalisme dan terorisme terputus, dia berpesan, perempuan lebih selektif dan waspada dalam berinteraksi di dunia maya, terutama dalam menjaga anak-anak sebagai generasi muda bangsa ini. 

"Kita berharap Ibu-Ibu sebagai pimpinan di masyarakat atau keluarga, kita jaga anak-anak kita," pesan Boy. 

Selain itu, perempuan juga memiliki peran besar dalam membangun ketahanan keluarga dari propaganda radikal dengan mengenalkan dan menerapkan sikap bertoleransi, moderasi beragama dan nilai-nilai luhur kebangsaan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. 

"Kita perlu perkuat ketahanan keluarga dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dini, jangan sampai keluarga kita terbawa dengan paham-paham yang bertentangan ideologi bangsa," kata tutup Kepala BNPT.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement