Selasa 30 Aug 2022 13:21 WIB

PBB: 6 Juta Warga Afghanistan Berisiko Kelaparan

Afghanistan menghadapi kemiskinan yang semakin parah dengan 6 juta orang kelaparan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Warga Afganistan membawa persediaan makanan saat pendistribusian bantuan kemanusiaan untuk keluarga yang membutuhkan, di Kabul, Afganistan, Rabu, 16 Februari 2022. Afganistan telah mengalami transformasi dramatis dalam setengah tahun pemerintahan Taliban. Negara ini merasa lebih aman dan tidak terlalu keras dibandingkan dalam beberapa dasawarsa, tetapi juga lebih miskin karena ekonomi yang dulunya didorong oleh bantuan menuju keruntuhan.
Foto: AP/Hussein Malla
Warga Afganistan membawa persediaan makanan saat pendistribusian bantuan kemanusiaan untuk keluarga yang membutuhkan, di Kabul, Afganistan, Rabu, 16 Februari 2022. Afganistan telah mengalami transformasi dramatis dalam setengah tahun pemerintahan Taliban. Negara ini merasa lebih aman dan tidak terlalu keras dibandingkan dalam beberapa dasawarsa, tetapi juga lebih miskin karena ekonomi yang dulunya didorong oleh bantuan menuju keruntuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, Afghanistan menghadapi kemiskinan yang semakin parah dengan 6 juta orang berisiko kelaparan. Koordinator Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mendesak para donor memulihkan dana untuk pembangunan ekonomi dan menyediakan dana sebesar 770 juta dolar AS untuk membantu warga Afghanistan melewati musim dingin.

Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa, Afghanistan menghadapi banyak krisis. Mulai dari krisis kemanusiaan, ekonomi, iklim, kelaparan, dan keuangan. Menurutnya, konflik, kemiskinan, guncangan iklim, dan kerawanan pangan telah lama menjadi kenyataan yang menyedihkan di Afghanistan.

"Tetapi yang membuat situasi saat ini menjadi sangat kritis adalah diputusnya bantuan pembangunan skala besar sejak Taliban kembali berkuasa setahun lalu," ujar Griffiths.

Griffiths mengatakan, lebih dari setengah penduduk Afghanistan atau sekitar 24 juta orang  membutuhkan bantuan. Sementara hampir 19 juta orang lainnya menghadapi tingkat kerawanan pangan yang akut. Griffiths khawatir, jumlah tersebut akan meningkat pada musim dingin karena harga bahan bakar dan makanan melonjak tinggi.

Griffiths mengatakan, dana yang dibutuhkan untuk mempersiapkan warga Afghanistan menghadapi musim dingin yaitu sebesar 614 juta dolar AS. Dana tersebut juga mencakup untuk memperbaiki dan meningkatkan tempat penampungan, serta menyediakan pakaian hangat dan selimut. Sementara dana tambahan sebesar 154 juta dolar AS diperlukan untuk menyiapkan makanan dan persediaan lainnya sebelum cuaca buruk memotong akses bantuan ke daerah-daerah tertentu.

"Bantuan kemanusiaan tidak akan pernah bisa menggantikan penyediaan layanan di seluruh sistem kepada 40 juta orang di seluruh negeri. Taliban tidak memiliki anggaran untuk berinvestasi di masa depan, dan beberapa dukungan pembangunan perlu segera dilakukan," kata Griffiths.

Lebih dari 70 persen penduduk Afghanistan tinggal di daerah pedesaan. Griffiths memperingatkan, jika pertanian dan produksi ternak tidak dilindungi, maka jutaan jiwa dan mata pencaharian akan dipertaruhkan. Sementara kapasitas negara untuk memproduksi makanan terancam. Dia mengatakan, krisis perbankan dan likuiditas negara, serta kesulitan ekstrim transaksi keuangan internasional juga harus ditangani.

“Konsekuensi dari kelambanan tindakan di bidang kemanusiaan dan pembangunan akan menjadi bencana besar dan sulit untuk dibalikkan,” ujar Griffiths memperingatkan.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengkritik tajam kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO selama 20 tahun di Afghanistan. Nebenzia mengklaim, mereka tidak melakukan apa pun untuk membangun ekonomi Afghanistan. Kehadiran AS dan NATO hanya memperkuat status Afghanistan sebagai sarang terorisme, serta produsen dan distributor narkotika.

Nebenzia juga menuduh AS dan sekutunya meninggalkan warga Afghanistan untuk menghadapi kehancuran, kemiskinan, terorisme, kelaparan, dan tantangan lainnya.

“Alih-alih mengakui kesalahan mereka sendiri dan mendukung rekonstruksi negara yang hancur, mereka memblokir sumber daya keuangan Afghanistan dan memutuskan bank sentralnya dari sistem SWIFT, yang merupakan sistem transaksi keuangan global," ujar Nebenzia.

Sementara, Duta Besar Cina untuk PBB, Zhang Jun juga menuduh AS dan sekutunya menghindari tanggung jawab dan mengabaikan rakyat Afghanistan dengan memotong bantuan pembangunan. Termasuk membekukan aset Afghanistan dan memberlakukan isolasi dan blokade politik.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield menuduh Taliban memberlakukan kebijakan yang membuat rakyat Afghanistan kelaparan dan tidak melindungi mereka. Thomas-Greenfield justru mempertanyakan bagaimana Taliban berharap untuk membangun hubungan dengan seluruh dunia, ketika menyediakan tempat yang aman bagi Pemimpin Alqaida, Ayman al-Zawahiri, di pusat Kota Kabul. Al-Zawahiti terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS pada 31 Juli lalu.

Meskipun demikian, Thomas-Greenfield mengatakan, Amerika Serikat adalah donor terkemuka dunia di Afghanistan. Washington memberikan bantuan kemanusiaan senilai lebih dari 775 juta dolar AS kepada warga Afghanistan pada tahun lalu. Terkait aset Afghanistan yang dibekukan, Presiden Joe Biden pada Februari mengumumkan, Afghanistan memiliki aset senilai 7 miliar dolar AS yang disimpan di Amerika Serikat. Dari total aset tersebut 3,5 miliar dolar AS dialokasikan sebagai dana perwalian PBB untuk memberikan bantuan kepada warga Afghanistan. Sementara 3,5 miliar dolar AS lainnya untuk keluarga korban dari serangan 9/11 di Amerika Serikat.

“Tidak ada negara yang serius menangani terorisme di Afghanistan yang akan menganjurkan untuk memberikan akses instan tanpa syarat kepada Taliban ke miliaran aset milik rakyat Afghanistan,” kata Thomas-Greenfield.

Terkait klaim Rusia bahwa masalah Afghanistan adalah kesalahan Barat dan bukan Taliban, Thomas-Greenfield bertanya, “Apa yang Anda lakukan untuk membantu selain mengulangi masa lalu dan mengkritik orang lain?”.

Thomas-Greenfield mengatakan, Rusia hanya menyumbang sebesar 2 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan PBB kepada Afghanistan. Sementara kontribusi China sama-sama mengecewakan.

“Jika Anda ingin berbicara tentang bagaimana Afghanistan membutuhkan bantuan, tidak apa-apa. Tapi kami dengan rendah hati menyarankan Anda menaruh uang Anda di tempat yang Anda inginkan. Jika Federasi Rusia percaya bahwa ada ekonomi di Afghanistan yang akan dihancurkan, itu telah dihancurkan oleh Taliban,” kata Thomas-Greenfield.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement