REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia gagal memenuhi target membawa pulang minimal dua gelar dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022 di Tokyo, Jepang. Hendra Setiawan dkk pulang tanpa membawa gelar satupun.
Satu-satunya wakil Indonesia di partai final yakni Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan gagal menyelamatkan wajah tim Merah Putih setelah kalah dari pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-19, 21-14.
Sebelum turnamen dimulai, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) berharap dua gelar bisa dipersembahkan dari sektor ganda putra dan tunggal putra. PBSI yakin salah satu dari tiga ganda putra terbaik Indonesia, yakni Hendra/Ahsan, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto bisa membawa gelar. Tetapi kenyataannya ketiganya gagal.
Nasib tunggal putra lebih buruk daripada ganda putra. Jonatan Christie dan Antony Sinisuka Ginting tersingkir di perempat final. Jonatan takluk dari Chou Tien Chen. Adapun Ginting lagi-lagi disingkirkan Viktor Axelsen.
Pengamat bulu tangkis Daryadi mengatakan, harus diakui hasil di Kejuaraan Dunia 2022 Tokyo di luar eskpektasi. Sebab PBSI menargetkan minimal mendapatkan dua gelar, yakni dari sektor ganda putra dan tungal putra. Oleh karena itu banyak pekerjaan rumah yang harus diperbaiki oleh PBSI.
"Tunggal putra agak mengkhawatirkan," ujar Daryadi kepada Republika.co.id, Senin (29/8/2022).
Sementara untuk ganda putra, menurut Daryadi, PBSI terlalu percaya diri Kevin/Marcus sebagai pemain nomor satu dunia bisa membawa pulang gelar. Padahal, ganda berjuluk Minions itu sudah absen beberapa turnamen karena cedera sehingga persiapannya minim untuk Kejuaraan Dunia 2022.
Adapun Hendra/Ahsan usianya sudah tak muda lagi, meskipun pengalaman dan mental serta komunikasi keduanya yang baik sudah cukup mengantarkannya lolos ke final. "Tapi itu saja tak cukup karena bulu tangkis itu juga persoalan speed and power. Itu harus diakui," katanya.
Dari kegagalan di turnamen tersebut, Daryadi mendorong PBSI memperhatikan pembinaan regenerasi secara matang. Ia melihat pemain pelapis yang lebih muda harus disiapkan untuk menjadi pengganti pemain utama saat ini, terutama di tunggal putri.
Menurut Daryadi, Indonesia tak memiliki tunggal putri yang bisa bersaing dengan pemain luar sejak era Susi Susanti. Ia juga hanya melihat regenerasi cukup baik terjadi di ganda putra.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky, menyampaikan permohonan maaf atas kegagalan tersebut. Ia menyayangkan dua ganda putra harus saling mengalahkan di semifinal, yakni Hendra/Ahsan dan Fajar/Alfian. Namun Rionny mengatakan Hendra/Ahsan sudah berjuang di partai final tetapi lawan bermain lebih baik.
Rionny memastikan evaluasi telah dilakukan oleh tim pelatih setelah berakhirnya turnamen. Menurutnya tim pelatih meminta pemain lebih fight ketika di lapangan. Hal tersebut menjadi bahan perbaikan tim untuk turnamen selanjutnya.
"Kalau secara permainan, anak-anak saya lihat sudah berjuang. Tapi di Kejuaraan Dunia tidak semudah itu. Berjuang saja tidak cukup. Sekarang sudah tidak lagi berbicara tentang stamina. Tapi bagaimana fight di lapangan harus ditambah juga bagaimana teknik bermain," ujar Rionny dalam keterangan persnya, Senin (29/8/2022).
Rionny menambahkan, para pemain juga harus terus menganalisa permainan lawan dengan memperbanyak menonton video pertandingan. Dalam evaluasi tersebut, tim juga mengevaluasi asupan gizi. Ia mendorong agar asupan gizi tetap dijaga.
"Saya meminta para pelatih bisa mengevaluasi anak-anak. Mengawasi dan juga menjadi motivator mereka. Harapan saya, kita semua semakin kompak, solid, dan saling mendukung agar di Japan Open 2022 ini bisa lebih baik dan meraih gelar," tegas Rionny.