REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan, Indonesia hingga saat ini memiliki sekitar 10 juta dosis stok vaksin Covid-19 yang masih tersedia di fasilitas penyimpanan pemerintah pusat dan daerah "Kita masih punya sekitar 10 juta dosis stok vaksin. Sekitar 60 persennya adalah vaksin hibah yang gratis diberikan pemerintah luar negeri," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan pemaparan tentang pandemi Covid-19 dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR di Jakarta, Selasa (30/8/2022).
Budi mengatakan, tawaran vaksin hibah dari luar negeri terus berdatangan ke Indonesia, tapi tawaran itu hingga sekarang masih ditahan melihat perkembangan animo vaksinasi dari masyarakat Indonesia. Dilansir dari materi pemaparan Menkes, jenis vaksin yang tersedia di Indonesia di antaranya AstraZeneca berjumlah 46.210 dosis, Covovax 3,14 juta dosis, Janssen 385.645 dosis, Pfizer 4,54 juta dosis, Sinopharm 23.106 dosis, Sinovac 1,93 juta dosis.
Budi mengatakan, program vaksinasi Covid-19 di Indonesia per Senin (29/8) telah menyuntikan total 434 juta dosis kepada 203 juta orang penerima manfaat. 170 juta orang di antaranya sudah menerima suntikan dosis 2, dan booster atau dosis menguat telah mencapai 60 juta orang penerima.
"Dari sasaran sebenarnya kita sudah mencapai 72,82 persen. Kalau dari total populasi, karena banyak populasi Indonesia yang muda dan tidak masuk sasaran suntikan, sudah mencapai 63,24 persen," katanya.
Menurut Budi, suntikan vaksin Covid-19 di Indonesia saat ini menurun ke angka 100 ribuan orang per hari setelah sebelumnya mencapai puncak hampir 2 jutaan orang per hari. Situasi itu dipicu karena hampir semua target populasi sasaran telah menerima vaksinasi Covid-19 dosis lengkap.
Sementara capaian booster kedua untuk sasaran tenaga kesehatan mencapai 285 ribu lebih peserta. "Untuk SDM kesehatan ini yang sudah kita luncurkan masih banyak provinsi-provinsi masih relatif rendah, karena baru dimulai," katanya.
Provinsi Bali dan Yogyakarta mencapai angka sasaran yang relatif cukup tinggi jika dibandingkan daerah lain. "DKI Jakarta yang biasanya tinggi, kali ini masih agak rendah untuk SDM kesehatannya," katanya.