REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggumpalan darah memang bermanfaat saat cedera atau terluka karena berfungsi membendung pendarahan. Namun, ketika gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah tanpa alasan yang jelas, itu bisa menjadi pertanda komplikasi serius.
Gaya hidup dan pola makan tak sehat bisa mendorong hal itu. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Surgical Research menemukan bahwa konsumsi minuman berenergi bisa memicu mekanisme yang mengarah pada pembentukan gumpalan darah. Peneliti mencatat, asupan minuman berenergi telah terlibat dalam sejumlah komplikasi kardiovaskular, seperti aritmia jantung, infark miokard, dan bahkan kematian mendadak akibat serangan jantung.
Sehubungan dengan hal ini, para peneliti berhipotesis bahwa konsumsi minuman energi dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular yang merugikan dengan meningkatkan agregasi trombosit. Ini akan mengakibatkan peningkatan risiko trombosis (bekuan darah dalam vena).
Trombosit adalah sel darah kecil. Jika jumlah trombosit seseorang terlalu tinggi, gumpalan darah dapat terbentuk di pembuluh darah.
Untuk menyelidiki hipotesis mereka, para peneliti merekrut 32 sukarelawan sehat berusia 18-40 tahun. Mereka diberi 470 ml air kemasan atau minuman energi standar bebas gula pada dua kesempatan terpisah. Minuman dikonsumsi setelah puasa semalam selama 30 menit. Parameter koagulasi (pembekuan) dan fungsi trombosit diukur sebelum dan 60 menit setelah konsumsi.
Apa yang peneliti temukan? Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam koagulasi yang terdeteksi. Namun, dibandingkan dengan kontrol air, konsumsi minuman energi menghasilkan peningkatan agregasi trombosit yang signifikan.
"Peningkatan aktivitas trombosit ini terjadi dalam satu jam setelah konsumsi," kata para peneliti seperti dilansir dari Express, Senin (29/8/2022).