Rabu 31 Aug 2022 03:23 WIB

Gempa Susulan Terjadi 13 Kali di Mentawai Usai Gempa Magnitudo 6,4

Warga masih bertahan di lokasi pengungsian karena khawatir gempa susulan.

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Agus raharjo
Sejumlah siswa TK Pembangunan Laboratorium UNP di evakuasi sementara di luar bangunan setelah terjadi gempa di Padang, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022). BMKG mencatat gempa berkekuatan 6,4 magnitudo pada Senin, (29/8/2022) pukul 10.29 WIB mengguncang 161 kilometer barat laut Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terasa hingga ke Kota Padang.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah siswa TK Pembangunan Laboratorium UNP di evakuasi sementara di luar bangunan setelah terjadi gempa di Padang, Sumatera Barat, Senin (29/8/2022). BMKG mencatat gempa berkekuatan 6,4 magnitudo pada Senin, (29/8/2022) pukul 10.29 WIB mengguncang 161 kilometer barat laut Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terasa hingga ke Kota Padang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mentawai, Sumatra Barat, mencatat sedikitnya terjadi 13 kali gempa susulan setelah gempa utama berkekuatan magnitudo (M) 6,4 mengguncang daerah tersebut, Senin (29/8/2022). Gempa susulan muncul dengan jeda waktu cukup lama dari waktu kejadian gempa utama.

"Kondisi terakhir, gempa susulan 13 kali sejak gempa utama. Gempa susulan terakhir tadi jam 16.14," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Mentawai Novriadi saat konferensi virtual, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga

BPBD Mentawai juga mencatat rentang waktu gempa utama M 6,4 ke terjadinya gempa susulan sangat lama. Tercatat gempa utama terjadi pada pukul 10.29 WIB dan gempa susulan baru terjadi pada jam 17.58 waktu setempat. Ia menambahkan, munculnya kejadian gempa susulan ini menyebabkan sedikit kepanikan di masyarakat.

Masyarakat khawatir karena terjadinya gempa utama kemudian gempa susulan baru muncul dalam jeda waktu yang lama. Ia menyebutkan gempa susulan di dini hari jam 00.00 WIB dan gempa susulan lainnya kembali terjadi sekitar pukul 05.00 WIB.

"Tentu masyarakat berpikir bahwa jangan-jangan setelah gempa utama muncul gempa yang lebih besar. Ini yang mendorong masyarakat mengungsi," katanya.

Bahkan, dia menambahkan, dua gempa susulan terakhir membuat masyarakat kembali ke pengungsian karena kecemasan mereka. Ia menjelaskan, kediaman para warga rata-rata dekat dengan pantai. Para korban, dia melanjutkan, merasa trauma dengan kejadian 2010 lalu dimana saat itu juga terjadi gempa dan rata-rata yang terdampak di tepi pantai.

Warga juga masih bertahan di pengungsian karena ini juga ditunjang faktor jalan evakuasi yang belum memadai karena jalannya masih kecil, masih jalan tanah. Para warga tidak yakin saat gempa besar terjadi, mereka akan cepat sampai di lokasi evakuasi pengungsian.

Tak hanya itu, Novriadi menuturkan, umumnya rumah milik masyarakat setempat adalah rumah panggung dan semi permanen. Bahkan, bangunan yang terdampak gempa adalah bangunan permanen seperti sekolah, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), hingga kantor kecamatan. "Ini yang mendorong mereka tetap ada di pengungsian," katanya.

Mengenai kebutuhan mendesak warga Mentawai, ia menyebutkan makanan kini diperlukan karena stok yang ada di lokasi bencana hanya untuk selama dua hari. Ia menambahkan, BPBD Mentawai sudah menyalurkan bantuan dari BNPB tadi siang dan ditambah pasokan logistik untuk warga yang kekurangan pasokan logistik. "Kami juga siapkan kapal kayu," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement