REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sebuah tim dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Rabu (31/8/2022) bertolak menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Tim ini bertujuan untuk memeriksa kerusakan setelah penembakan di sekitar pembangkit memicu kekhawatiran bencana radiasi.
Pasukan Rusia merebut pembangkit Zaporizhzhia setelah mereka meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Rusia dan Ukraina saling tuding atas penembakan yang membahayakan pembangkit tersebut.
Seorang saksi mata Reuters mengatakan, tim IAEA berangkat dari Kiev dengan konvoi kendaraan. Misi tersebut dipimpin oleh Kepala IAEA Rafael Grossi.
"Kami sekarang akhirnya bergerak setelah enam bulan upaya keras," kata Grossi kepada wartawan sebelum konvoi berangkat.
Grossi menambahkan, misi tersebut berencana untuk menghabiskan waktu selama beberapa hari di lokasi pembangkit tersebut. "Kami memiliki tugas yang sangat penting yaitu menilai situasi nyata di sana, untuk membantu menstabilkan situasi sebanyak yang kami bisa," ujarnya.
Tidak diketahui kapan tim IAEA akan tiba di pembangkit nuklir terbesar Eropa itu, dan kapan akan melakukan inspeksi. Dalam beberapa hari terakhir, Rusia maupun Ukraina melaporkan penembakan reguler di sekitar pembangkit.
“Kami akan pergi ke zona perang, kami akan memasuki wilayah pendudukan dan ini membutuhkan jaminan eksplisit, tidak hanya dari federasi Rusia tetapi juga dari Ukraina. Kami telah dapat mengamankan itu,” kata Grossi.
Grossi mengatakan, IAEA berharap dapat mendirikan misi permanen di pembangkit tersebut yang dijalankan oleh teknisi Ukraina. Amerika Serikat telah mendesak penutupan total pembangkit Zaporizhzhia dan menyerukan zona demiliterisasi di sekitarnya.
Kantor berita Interfax yang mengutip seorang pejabat pemerintah Zaporizhzhia yang ditunjuk Rusia mengatakan, dua dari enam reaktor pembangkit itu sedang beroperasi. Kepala administrasi yang ditunjuk Rusia, Yevgeny Balitsky, mengatakan kepada Interfax bahwa, inspektur IAEA harus melihat pekerjaan pembangkit dalam satu hari.
Ukraina pada Selasa (30/8/2022) menuduh Rusia menembaki koridor yang digunakan pejabat IAEA untuk mencapai pembangkit. Penembakan ini merupakan upaya agar tim IAEA melakukan perjalanan melalui Krimea yang dicaplok Rusia. Namun Rusia tidak memberikan tanggapan terkait tuduhan itu.
Staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan, Rusia melakukan serangan dengan menggunakan tank, roket dan artileri di sepanjang jalur kontak di wilayah Zaporizhzhia. Sejauh ini Kota Zaporizhzhia tetap berada di bawah kendali Ukraina.
"Musuh sedang menyusun kembali unit Korps Angkatan Darat ke-3 dengan tujuan melanjutkan serangan ke arah (Zaporizhzhia)," kata staf umum angkatan bersenjata Ukraina.