REPUBLIKA.CO.ID, “Tok tok tok ... ” Bunyi ketukan pintu terdengar dari luar. Seorang perawat membawa termometer memasuki ruangan pasien anak di lantai dua Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Gresik.
“Assalamualaikum ibu, bagaimana kabarnya anak Aidil, sudah lebih baik?” tanya perawat itu dengan ramah.
Ia melanjutkan dengan memeriksa suhu tubuh anak dan melihat infus serta perban di tangan Aidil. "Maaf ibu, ini perbannya sudah kotor, saya ganti ya," kata suster penuh inisiatif.
Perban itu kotor terkena noda darah karena jarum infus tertarik sehingga sudah tidak di posisi seharusnya. Suster itu lalu keluar sebentar mengambil perban dan gunting. Tak lama ia kembali dan mengganti perban dengan yang baru. "Nanti kalau ada yang diperlukan, bisa panggil, ya, Bu. Semoga Aidil lekas sembuh," ujar perawat beranjak keluar.
Sudah menjadi standar layanan perawat di RS Muhammadiyah untuk memeriksa dan menanyakan kabar pasien. Perawat melayani semua pasien dengan standar terbaik tanpa melihat apakah ia pengguna asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau pribadi.
Aidil yang didiagnosa sakit demam berdarah termasuk pengguna asuransi JKN Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Pelayanan kami berikan terbaik, baik pada pasien BPJS atau umum," ujar Siti Choiriyah (52 tahun), perawat senior yang juga Manajer Pelayanan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik, kepada Republika.co.id, Selasa (30/8/2022).
Menurut Siti, standar layanan tanpa membedakan kepesertaan asuransi pasien ini karena RS menerapkan prinsip kekeluargaan. Prinsip itu selalu ditekankan ke karyawan, baik medis maupun nonmedis. Sehingga bila ada komplain, maka dilihat sebagai bentuk kepedulian dari pasien. "Kita anggap pasien sebagai keluarga," ujarnya.
Evaluasi pelayanan rutin pun dilakukan setiap bulan. Tak hanya rumah sakit, pihak BPJS Kesehatan juga melakukan evaluasi. Bahkan tak jarang, pihak BPJS datang ke RS duduk seperti pasien dan memperhatikan pelayanan. Mereka melihat antrean, bertanya soal administrasi, maupun pelayanan ke pasien.
Menurut perawat yang sudah mengabdi selama 33 tahun itu, koordinasi antara RS dan BPJS penting agar pelayanan kian sempurna. Pelayanan dimaksud dari mulai kecepatan administrasi, kepedulian perawat dan dokter, ketangkasan dalam penanganan pasien, hingga sarana prasarana penunjang seperti toilet dan ruangan pasien. Sebelum pulang, pasien juga diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan layanan.
Layanan terbaik yang diberikan ke pasien membuat RS Muhammadiyah terus berkembang. Hal itu terlihat dari perluasan infrastruktur di sana. Gedung dan ruang perawatan terus bertambah.
Sementara, menuju endemi Covid-19, RS melakukan pelonggaran. Buat pasien anak, misalnya, tes antigen hanya dilakukan bagi yang bergejala.
Kesadaran meningkat
Upaya memberikan pelayanan terbaik bagi pasien BPJS Kesehatan tidak hanya di RS, tapi juga di Puskesmas sebagai faskes (fasilitas kesehatan) tingkat pertama. Tak hanya di kota, tapi juga di desa terpencil seperti di Puskesmas Colol, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala Puskesmas Colol Maria Gorety Valensia Eddel mengatakan, staf medis tak membedakan antara pelayanan BPJS dan umum. "Pemberian layanan kesehatan semua sama," ujarnya kepada Republika.co.id.
Hal yang menggembirakan, menurut Maria, kesadaran masyarakat akan pentingnya BPJS Kesehatan kian meningkat. Banyak warga sadar untuk punya kartu JKN. Peningkatan ini sejalan dengan terobosan Puskesmas yang turun langsung ke lapangan. "Kita ada kunjungan seperti ke Posyandu, pemeriksaan ibu hamil, senam lansia, dan pemeriksaan kesehatan lain," jelas Maria.
Kunjungan ini digelar setiap bulan. Dalam pelayanan itu, mereka yang memiliki kartu BPJS Kesehatan bisa memperoleh layanan medis gratis. "Jadi selama ini banyak yang tak tahu bahwa mereka tercatat sebagai PBI (Penerima Bantuan Iuran). Setelah program itu kami lakukan, banyak yang sadar dan mencetak kartu BPJS-nya," ujar Maria yang sudah 20 tahun bertugas di Colol.
Puskesmas Colol berada di Ulu Wae, Kecamatan Poco, Ranaka Timur. Jarak Puskesmas Colol ke Kecamatan Borong, pusat Kota Manggarai Timur, sekitar dua jam melintasi jalan trans Flores.
Di ibu kota Jakarta, Dokter Rafika Putri menjalankan tugas sehari-hari di Puskesmas Semanan 1, Kalideres. Senada dengan di Gresik maupun di Manggarai Timur, semua pasien dilayani maksimal tanpa memandang apakah ia pasien BPJS atau umum.
“Siapa saja kita layani sama, dari anak kecil hingga lansia, BPJS atau umum karena itu adalah prinsip seorang dokter. Pihak Puskesmas juga menekankan itu,” ujarnya di tengah kesibukan membuat laporan.
Menurut Fika, layanan Puskesmas sekarang semakin maju. Pencatatan rekam medis berbasis digital, termasuk pelayanan BPJS.
Peningkatan pelayanan
Apa yang dilakukan perawat Siti Choiriyah, Maria, dan dokter Fika sejalan dengan komitmen BPJS Kesehatan untuk terus meningkatkan pelayanan ke masyarakat dari kota hingga pedesaan. Dirut BPJS Kesehatan Ghufron Mukti dalam keterangannya mengatakan, salah satu fokus utama BPJS Kesehatan pada 2022 adalah meningkatkan mutu pelayanan.
"Ini merupakan salah satu upaya bersama yang dilakukan BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan melalui pemenuhan sarana dan prasarana untuk melayani peserta JKN-KIS," ujarnya.
Ia berharap seluruh rumah sakit bisa melayani peserta dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ada peserta BPJS mengeluh karena dikenakan biaya. Dalam peningkatan mutu pelayanan, BPJS juga melakukan inovasi dari mulai aplikasi Mobile JKN, Chat Assistan JKN (Chika), BPJS Care Center 165 hingga layanan WhatsApp (Pandawa) dan teranyar telemedisin.
Iis Arifin, ibunda dari Aidil, merasakan perbaikan pelayanan BPJS yang kini jauh lebih baik dibanding beberapa tahun lalu. Perbaikan itu terlihat dari sisi kecepatan dan kualitas layanan. “Dulu antrean panjang dan lama. Sekarang antrean cepat dan layanannya pun bagus,” katanya.