Rabu 31 Aug 2022 16:38 WIB

Kenaikan Harga Komoditas Pangkas Laba INDF dan ICBP

Marjin laba usaha INDF turun 16 persen sementara laba bersih turun 5 persen

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 12 persen pada semester pertama 2022 menjadi Rp 52,79 triliun dibandingkan Rp 47,29 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 12 persen pada semester pertama 2022 menjadi Rp 52,79 triliun dibandingkan Rp 47,29 triliun di periode yang sama tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 12 persen pada semester pertama 2022 menjadi Rp 52,79 triliun dibandingkan Rp 47,29 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Meski pendapatan meningkat, laba bersih INDF tergerus karena terimbas kenaikan harga komoditas. Laba bersih INDF pada paruh pertama 2022 tercatat Rp 2,9 triliun, turun 16 persen dari Rp 3,43 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Secara lebih rinci, laba usaha INDF naik 4 persen menjadi Rp 8,83 triliun dari Rp 8,49 triliun. Marjin laba usaha turun menjadi 16,7 persen dari 17,9 persen. Marjin laba bersih juga turun menjadi 5,5 persen dari 7,3 persen.

Laba inti INDF pada dasarnya mengalami kenaikan 2 persen secara tahunan menjadi Rp 4 triliun jika tanpa memperhitungkan non-recurring items dan selisih kurs. Direktur Utama & CEO INDF Anthoni Salim melihat ketidakpastian kondisi global dan volatillitas harga komoditas masih berlanjut.