REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis membuka opsi penjatahan suplai gas untuk perusahaan dan konsumen besar di negaranya pada musim dingin tahun ini. Hal itu karena adanya penangguhan pasokan gas dari Rusia.
“Kami tidak akan memangkas gas di rumah tangga Prancis. Perusahaan kami, konsumen besar, yang bisa dipotong,” kata Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne, Selasa (30/8/2022), dikutip Anadolu Agency.
Hal tersebut disampaikan Borne setelah perusahaan gas Rusia, Gazprom, mengumumkan akan menangguhkan suplai gas ke perusahaan energi Prancis, Engie, per 1 September karena tidak membayar. Menurut Borne, para pelanggan Engie tidak akan terdampak oleh penangguhan pasokan Gazprom. Sebab Engie sudah menemukan penyuplai alternatif.
Meskipun individu dan rumah tangga tidak akan terpengaruh, Borne mengakui pemotongan gas untuk bisnis dapat memiliki konsekuensi ekonomi dan sosial yang jelas. Dia berjanji, pemerintah Prancis akan berupaya sekeras mungkin guna menghindari “penjatahan” energi. "Apa pun yang bisa kita lakukan untuk secara sukarela mengurangi konsumsi kita akan menyelamatkan kita dari keharusan melakukan pemotongan musim dingin mendatang," ucapnya.
Borne telah menghimbau para pengusaha dan perusahaan swasta untuk mengurangi konsumsi energi mereka. Dia pun mengimbau para menteri di kabinetnya untuk memberi contoh dengan menghemat pemakaian energi.
Gazprom, pada Rabu (31/8/2022), juga telah mengumumkan penangguhan total pasokan gas ke Jerman yang disalurkan lewat pipa Nord Stream. “Pasokan (gas) lewat Nord Stream sepenuhnya terhenti karena pekerjaan pencegahan dimulai hari ini di unit kompresor gas,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan singkat.
Menurut Gazprom, pekerjaan di unit kompresor tersebut bakal berlangsung hingga Sabtu (3/10/2022) mendatang. Kepala Badan Jaringan Federal Jerman Klaus Mueller mengatakan, secara teknis, keputusan Gazprom tak dapat dipahami. Menurutnya, pekerjaan pemeliharaan Nord Stream hanyalah dalih Moskow untuk menggunakan pasokan energi sebagai ancaman.
Mueller menilai, Rusia membuat “keputusan politik” setiap mengumumkan adanya “pekerjaan pemeliharaan” Nord Stream. “Kita hanya akan tahu pada awal September jika Rusia melakukannya lagi,” ucapnya.
Saat ini harga energi di Eropa mengalami lonjakan. Hal itu karena Rusia telah membatasi pasokan gasnya ke wilayah tersebut sejak pecahnya konflik di Ukraina. Bulan lalu Gazprom mengumumkan bahwa mereka akan memangkas pasokan gas alam lewat pipa Nord Stream hingga 20 persen dari kapasitas atau menjadi 33 juta meter kubik per hari. Gazprom beralasan, langkah itu diambil karena adanya perbaikan peralatan.
Jerman adalah salah satu negara yang sangat bergantung pada suplai gas Rusia. Menurut Badan Jaringan Federal Jerman, sektor industri di negara tersebut mengonsumsi gas 21,3 persen lebih sedikit pada Juli lalu dibandingkan rata-rata bulan yang sama dari 2018 hingga 2021. Menyadari ketergantungan pasokan gas dari Rusia, Jerman kini tengah berusaha mencari alternatif lain.