Rabu 31 Aug 2022 18:15 WIB

Imbas Harga Naik, Pembeli di Pasar Kramat Jati Beralih ke Telur Retak

Telur retak dijual per buah.

Red: Ani Nursalikah
Pedagang memilah telur di gerainya di pasar tradisional Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (26/8/2022). Harga telur di sejumlah toko di pasar tersebut masih berada dikisaran Rp31.000 hingga Rp32.000 per kilogram dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Kenaikan tersebut dikeluhkan pedagang, karena jumlah penjualan cenderung menurun imbas dari kenaikan harga. Imbas Harga Naik, Pembeli di Pasar Kramat Jati Beralih ke Telur Retak
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang memilah telur di gerainya di pasar tradisional Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (26/8/2022). Harga telur di sejumlah toko di pasar tersebut masih berada dikisaran Rp31.000 hingga Rp32.000 per kilogram dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Kenaikan tersebut dikeluhkan pedagang, karena jumlah penjualan cenderung menurun imbas dari kenaikan harga. Imbas Harga Naik, Pembeli di Pasar Kramat Jati Beralih ke Telur Retak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembeli telur ayam di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur beralih ke telur retak imbas kenaikan harga komoditas itu menjadi Rp 30 ribu per kilogram sejak sebulan terakhir.

Salah satu pedagang telur ayam, Rizal mengatakan menjual telur retak tersebut dengan harga Rp 1.500 per buah. "Pembelinya (telur retak) ya ada yang buat di rumah, ada yang pedagang rumah makan. Kalau telur pecah dijual per buah, tergantung stoknya," katanya, Rabu (31/8/2022).

Baca Juga

Rizal menambahkan telur retak yang dijualnya memiliki kondisi cangkang sudah tidak utuh yang biasanya disebabkan oleh benturan dalam proses distribusi dari tingkat peternak ke pedagang pasar. Dia mengatakan, pembeli tetap memilih telur retak meskipun dari sisi higienitas berbeda dengan telur dalam kondisi bagus.

"Harganya belum turun karena dari sananya di peternak masih mahal. Harga Rp 30 ribu ini di pasar, kalau di tingkat warung-warung kecil lebih mahal," ujar Rizal.

Pria yang telah berjualan telur ayam selama 10 tahun itu mengatakan, pembeli tetap memilih telur retak karena merupakan komoditas sembako yang setiap harinya dibutuhkan. "Kalau telur pecah harganya sama saja, tidak mengalami kenaikan. Sebenarnya sih kalau pembeli, walaupun telur mahal tetap banyak, yang penting suplai ada, tidak langka," kata Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement