Rabu 31 Aug 2022 20:15 WIB

Aktivis 98: Semua Bisa Terjadi Menjelang Pilpres, Termasuk Fitnah ke Erick Thohir

Mekanisme hukum bisa menjadi pilihan.

Menteri BUMN Erick Thohir bersiap membubuhkan tanda tangan di poster pada pembukaan Art Jakarta 2022 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (26/8/2022). Pameran yang berlangsung hingga 28 agustus tersebut menghadirkan karya dari berbagai seniman terkurasi dan diharapkan dapat mendukung geliat ekonomi kreatif tanah air. Art Jakarta 2022 sendiri merupakan pekan seni rupa internasional di Indonesia yang dimulai sejak 2009 dan menjadi salah satu barometer ekosistem seni rupa di kawasan Asia Tenggara. Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri BUMN Erick Thohir bersiap membubuhkan tanda tangan di poster pada pembukaan Art Jakarta 2022 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (26/8/2022). Pameran yang berlangsung hingga 28 agustus tersebut menghadirkan karya dari berbagai seniman terkurasi dan diharapkan dapat mendukung geliat ekonomi kreatif tanah air. Art Jakarta 2022 sendiri merupakan pekan seni rupa internasional di Indonesia yang dimulai sejak 2009 dan menjadi salah satu barometer ekosistem seni rupa di kawasan Asia Tenggara. Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu aktivis 98, Mustar Bona Ventura, menanggapi persoalan antara pegiat media sosial Faisal Assegaf dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir. Ia mengaku memahami kemarahan Erick Thohir.

"Kalau saya tetap berpikir seperti arahannya Pak Presiden, kenapa saya lebih suka pendekatannya itu restoratif justice-lah. Artinya bahwa jika masing-masing itu berkenan, bersedialah. Saya tuh bersedia memfasilitasi kedua belah pihak untuk ngopi bareng," kata Mustar saat dihubungi, Rabu (31/8/2022).

Baca Juga

Mustar menjelaskan dalam banyak peristiwa sejarah, lebih mudah mendamaikan musuh untuk menjadi sahabat, dibanding mendamaikan sahabat yang berkhianat.

"Iya dong tapi masing-masing pihak bersikeras maka langkah hukum sebagai mekanisme mencari keadilan juga bisa menjadi pilihan," kata dia.

Meskipun demikian, dia berharap langkah hukum adalah opsi terakhir. Ia menekankan bahwa permasalah tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

Mustar menambahkan seharusnya antara Faisal dan Erick saling memahami akar persoalannya. Tapi ia mengaku tidak terlalu jauh memahami konflik di antara kasus ini.

"Yang saya liat sudah saling lapor melapor. Kalau saya lihat dari casenya bisa lah ngopi bareng, dan bisa saling memaafkan. Bisa saling memahami, bisa diselesaikan lewat upaya ngopi bareng," katanya.

Mengenai adanya kemungkinan terkait dengan politik atau Pilpres 2024, Mustar mengakui apapun bisa terjadi.

"Karena memang 2024 menjelang tahun politik ya apapun mungkin-mungkin saja, karena sudah mendekati tahun politik apapun situasinya kemungkinan apapun bisa terjadi. Memang rumit, kalau menjelang tahun politik ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement