REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menuturkan, produksi beras nasional tahun 2022 akan kembali mencatatkan surplus. Dia menyebut, surplus beras pada tahun ini bahkan akan mencapai 9 juta ton.
"Secara data dari BPS, kita akan surplus 9 juta ton, itu benar juga dilihat dari prediksi cuaca," kata Buwas, sapaan akrabnya saat mengikuti Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (31/8/2022).
Hanya saja, dia menyampaikan, petani membutuhkan mesin pengering gabah untuk meningkatkan kualitas hasil padinya. Tanpa bantuan itu, sulit bagi petani untuk mencapai kadar air gabah 14 persen sesuai standar.
Hal itu juga mengingat, curah hujan masih terjadi secara terus menerus di berbagai daerah sentra padi. Sementara, penggilingan-penggilingan padi masih menerapkan cara tradisional.
"Ini menjadi masalah, kami terus memantau perkembangan panen di setiap wilayah tidak hanya bekerja sama dengan BPS, tapi juga kementerian," ujarnya.
Adapun, pasokan cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersimpan di Bulog, kata Buwas, tengah berkurang hingga di bawah 1 juta ton. Pemerintah meminta Bulog untuk menjaga pasokan CBP di level 1 juta hingga 1,5 juta ton setiap bulannya.
Kendati demikian, Buwas memastikan, pasokan beras tetap aman. Apalagi pada September kembali dilakukan panen di sejumlah tempat sehingga dapat dilakukan penyerapan oleh Bulog.
Namun, Buwas mengingatkan, Bulog akan menyerap gabah petani seharga Rp 4.200 per kg dengan kadar air gabah 14 persen. Jika harga pasar jauh di atas itu, Bulog tidak dapat menyerap karena terikat oleh aturan pemerintah.
"Kami hanya bisa beli dengan harga Rp 4.200, sehingga tidak mungkin kita paksakan turun karena nanti petani rugi oleh Bulog, dikala harga lebih tinggi itu akan untungkan petani," kata dia.