Kamis 01 Sep 2022 00:19 WIB

Din Syamsuddin: Jangan Lupakan Sejarah dan Jasa Ulama di Kemerdekaan Indonesia

Din mengingatkan bangsa Indonesia dan umat Islam tak lupakan sejarah dan jasa ulama

Rep: Muhammad Noor Alfian/ Red: Nashih Nashrullah
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengingatkan bangsa Indonesia dan umat Islam tak lupakan sejarah dan jasa ulama
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengingatkan bangsa Indonesia dan umat Islam tak lupakan sejarah dan jasa ulama

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO— Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof Din Syamsuddin, menyatakan kemerdekaan Indonesia terdapat banyak jasa dari para ulama. Khususnya yang termasuk tokoh Muhammadiyah dalam mengusulkan proklamasi Indonesia. 

"Kita umat Islam seharusnya tidak melupakan sejarah, sebagaimana pesan Bung Karno Jas Merah, jangan lupakan sejarah, dan jangan melupakan jasa para ulama juga," kata dia dalam Webinar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (31/8/2022).

Baca Juga

Dalam Webinar yang digelar Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dengan tema “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang 1 Abad” itu, Din menyampaikan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 yang juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H. 

Menurutnya itu merupakan usulan dari Kiai Abdul Mukti. "Ternyata yang mengusulkan proklamasi itu Kyai Muhammadiyah, tolong UMS kaji sejarah beliau, Kiai Abdul Mukti," ujar Din. 

Menurut Din, Kiai Mukti merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah asal Madiun. Dia juga merupakan bagian dari Pimpinan Pusat Masyumi di Jakarta pada 1943-1944. 

"Pendiri Alkhairaat bernama Al-Habib Idrus bin Salim Al Jufri atau dikenal dengan Guru Tua yang berasal dari Sulawesi Tengah itu juga salah satu pengusul warna bendera Indonesia merah dan putih," terangnya. 

Selanjutnya. Din mengatakan bahwa Penentuan lambang negara burung Garuda juga tidak luput dari peran ulama, Syarif Abdul Hamid Alkadrie atau dikenal dengan Sultan Hamid 2 yang berasal dari Pontianak. Dia ditunjuk Soekarno menjadi ketua dalam perumusan lambang negara Indonesia.

"Intinya negara ini tidak lepas dari jasa 73 sultan Islam. Dari ujung Aceh hingga Tidore, dengan sukarela bersatu demi kemerdekaan Republik Indonesia," kata dia.   

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِ ۚ فَاِنْ كُنَّ نِسَاۤءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَاِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَانَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗٓ اَبَوٰهُ فَلِاُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَاِنْ كَانَ لَهٗٓ اِخْوَةٌ فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

(QS. An-Nisa' ayat 11)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement