REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menjelaskan bahwa Allah SWT bertanya kepada penyembah berhala. Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan hujan dan menyuburkan tanah dengan air hujan. Apakah ada tuhan lain bersama Allah SWT. Tentu orang yang berakal sehat mendengar pertanyaan itu pasti akan menyadari bahwa berhala tidak mungkin menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surah An-Naml Ayat 60.
اَمَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَاَنْزَلَ لَكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ حَدَاۤىِٕقَ ذَاتَ بَهْجَةٍۚ مَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُنْۢبِتُوْا شَجَرَهَاۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗبَلْ هُمْ قَوْمٌ يَّعْدِلُوْنَ ۗ
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan langit dan bumi serta yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami menumbuhkan dengan air itu kebun-kebun dengan pemandangan indah (yang) kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (QS An-Naml: 60)
Menurut Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah melemparkan beberapa pertanyaan yang menggugah perhatian mereka terhadap keberadaan-Nya, dengan memperhatikan hal-hal penting yang ada di sekeliling mereka. Pertanyaan itu berkisar pada siapakah yang menciptakan langit, bumi, dan segala isi yang terdapat di dalamnya, dan siapakah yang menurunkan air hujan dari langit untuk manusia lalu dengan sebab air hujan tumbuhlah kebun-kebun yang indah, yang manusia sendiri sekalipun tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya.
Ayat ini perlu mendapat perhatian terutama oleh mereka yang sering mengadakan perjalanan keliling sebagai wisatawan atau lainnya, ketika melihat pemandangan yang indah, seperti kebun raya, kebun binatang, aquarium, berbagai pameran hasil industri pertanian, pertekstilan, dan sebagainya. Mereka harus memandang keindahan alam yang di depan dan di sekelilingnya sebagai cermin yang menampakkan segala keindahan, keagungan, dan kesempurnaan Allah.
Dengan mengamalkan cara yang demikian itu, maka ingatan manusia akan selalu tertuju kepada Allah. Dengan demikian, ketika manusia melihat setiap makhluk, pasti ia akan mengingat Khaliknya. Bila hal itu telah menjadi kebiasaan, maka ia akan merasakan ketauhidan yang murni, bersih dari segala unsur kemusyrikan.
Maka pertanyaan tersebut patut dilanjutkan dengan pertanyaan kedua. “Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain?” Tentu saja jawabannya adalah “Tidak, sebab hanya Allah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.”
Sebenarnya orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Sebab, jika mereka ditanya, “Siapakah yang menurunkan air hujan dari langit yang kemudian menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya mati,” mereka menjawab, “Allah” sesuai dengan firman-Nya.
Dan jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” (QS al-‘Ankabut: 63)
Orang-orang penyembah berhala itu sebenarnya mengakui bahwa berhala mereka tidak dapat menurunkan air hujan yang menjadi penyebab kemakmuran bumi, tetapi mengapa mereka tetap juga menyembahnya. Jawaban mereka itu hanya karena mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka, walaupun tidak sejalan dengan logika orang yang berpikiran sehat.