Kamis 01 Sep 2022 19:01 WIB

Imunisasi Lengkap Sangat Penting untuk Cegah Stunting

Salah satu penyebab stunting ialah penyakit kronis.

Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin campak kepada murid kelas satu saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDN Sukareja, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/8/2022). Anak yang gampang sakit karena tidak menerima imunisasi lengkap akan mengalami gangguan nutrisi karena nafsu makannya terganggu. Mereka berisiko stunting.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin campak kepada murid kelas satu saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDN Sukareja, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/8/2022). Anak yang gampang sakit karena tidak menerima imunisasi lengkap akan mengalami gangguan nutrisi karena nafsu makannya terganggu. Mereka berisiko stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting tak hanya disebabkan oleh malanutrisi, tapi juga penyakit kronis. Itulah pentingnya memberikan imunisasi lengkap pada anak.

"Karena salah satu penyebab stunting itu penyakit, maka melengkapi imunisasi pada anak juga bisa berperan penting," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) saat bertemu Antara di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Baca Juga

Menurut Piprim, anak yang gampang sakit karena tidak menerima imunisasi lengkap akan mengalami gangguan nutrisi karena nafsu makannya terganggu. Pada akhirnya, kata dia, hal tersebut akan menyebabkan anak menjadi stunting.

"Anak yang sehat, nafsu makannya akan baik, makannya juga bisa banyak kan, insya Allah enggak stunting, kalau dikasih asupan yang benar. Tapi kalau anak itu bolak-balik sakit, bolak-balik dirawat di rumah sakit, tentu akan berpengaruh ke nutrisi yang masuk ke dia. Di sinilah pentingnya melengkapi imunisasi rutin yang sudah digariskan oleh pemerintah," tutur Piprim.

Piprim juga mengatakan bahwa saat anak akan diimunisasi di posyandu, ada pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Dengan begitu, orang tua bisa mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Saat anaknya kontrol imunisasi, itu harus selalu diperiksa berat badan, panjang badan, dan lingkar kepalanya. Indonesia juga menggunakan buku KIA baik untuk ibu dan anaknya, nanti dicocokkan saja, ada di jalur yang benar atau enggak. Kalau ada penyimpangan, baik dia (grafiknya) datar aja itu sudah enggak bener ya, karena seharusnya naik," kata Piprim.

Hanya saja, menurut Piprim, cakupan imunisasi pada anak di Indonesia menurun drastis sejak pandemi Covid-19. Terbukti, saat ini sudah banyak bermunculan penyakit-penyakit sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, campak, dan rubella.

"Ada beberapa laporan difteri muncul kembali, rubella, campak, tetanus bahkan, dan ini membuat kita prihatin ya karena selama ini penyakit itu sudah terkendali dengan cakupan imunisasi yang tinggi. Tapi pandemi ini cukup berdampak," ujar Piprim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement