Kamis 01 Sep 2022 22:45 WIB

Komnas Temukan 2 Pelanggaran HAM dalam Pembunuhan Brigadir J

Dugaan pelanggaran HAM extra judicial killing dan obstruction of justice.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik (kiri) menunjukkan berkas Hasil Pemantauan dan Penyelidikan Peristiwa Penembakan Brigadir J sebelum diserahkan kepada Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto (kedua kanan) didampingi Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto (kedua kiri) dan Kabaintelkam Polri Komjen Pol Ahmad Dofiri di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Polri menyatakan akan menindaklanjuti rekomendasi dari Komnas HAM tersebut.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik (kiri) menunjukkan berkas Hasil Pemantauan dan Penyelidikan Peristiwa Penembakan Brigadir J sebelum diserahkan kepada Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto (kedua kanan) didampingi Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto (kedua kiri) dan Kabaintelkam Polri Komjen Pol Ahmad Dofiri di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Polri menyatakan akan menindaklanjuti rekomendasi dari Komnas HAM tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan, pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J, sebagai pelanggaran terhadap HAM.

Dari hasil kesimpulan penyelidikan, dan investigasi yang dilakukan lembaga adhoc itu, terjadi dua praktik pelanggaran HAM.  Pertama, kematian Brigadir J merupakan extra judicial killing atau pembunuhan di luar proses hukum. Kedua,  terjadi obstruction of justice atau praktik sistematis untuk menghambat proses penyidikan.

Ketua Tim Investigasi Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam mengatakan,  timnya, menemukan sedikitnya 20 fakta peristiwa kronologis. Fakta peristiwa tersebut, terbagi ke dalam sembilan temuan, yang menyimpulkan terjadinya extra judicial killing, dan obstruction of justice.

“Berdasarkan temuan faktual dalam peristiwa kematian Brigadir J, bahwa terjadi peristiwa pembunuhan terhadap Brigadir J, yang merupakan tindakan extra judicial killing,” ujar Anam, saat konfrensi pers di Komnas HAM, di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Terjadinya pembunuhan tersebut, menurut Anam, lantaran motif peristiwa adanya dugaan amoral. “Adanya dugaan kekerasan seksual,” kata Anam.  Dugaan kekerasan seksual tersebut, lanjutnya, Brigadir J, terhadap Putri Candrawathi Sambo (PC).

Peristiwa itu, dikatakan Anam, terjadi pada Kamis (7/7), di Magelang, Jawa Tengah (Jateng), sehari sebelum  pembunuhan Brigadir J, di rumah Sambo  di Kompleks Polri, Duren Tiga 46, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement