Jumat 02 Sep 2022 10:17 WIB

Seratusan Kerbau di Kabupaten Kampar, Riau Terkena Penyakit Ngorok

Kerbau peternak di Desa Gunung Bungsu yang mati karena tidak mendapat vaksin.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Seratusan kerbau di Kabupaten Kampar terkan penyakit ngorok (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Seratusan kerbau di Kabupaten Kampar terkan penyakit ngorok (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau sedang terus berupaya untuk mengatasi masalah penyakit ngorok yang dalam beberapa waktu terakhir menjangkit  seratusan kerbau milik masyarakat Desa Gunung Bungsu, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Hal itu membuat banyak ternak kerbau mati akibat terjangkit penyakit Septicaemia epizootica (SE) atau ngorok.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau, dr Faralinda Sari mengatakan, penyakit itu ditemukan sejak 16 Agustus 2022. "Dinas Peternakan dan Kesehatan Riau sudah mendapat laporan dari Dinas Peternakan Kampar ada seratusan kerbau mati akibat SE atau disebut penyakit kerbau ngorok," kata Faralinda di Kota Pekanbaru, Kamis (19/8/2022).

Faralinda mengatakan, seratusan kerbau milik masyarakat tersebut mati disebabkan karena bakteri Pasteurella multocida serotype. Jenis penyakit itu jika menjangkiti hewan akan berlansung lama. Dengan kondisi musim hujan dan panas datang, sambung dia, mengakibatkan hewan ternak stres, dan penyakit itu bisa menular sesama hewan ternak.

"Kini Dinas Perternakan Kampar sudah turun ke lokasi kerbau mati terpapar SE tersebut, di mana kerbau yang belum terpapar di wilayah penyebaran sudah ditangani. Jadi kendalanya itu kerbau peternak yang mati tidak mendapat vaksin," kata Faralinda.

Karena peternak di Kabupaten Kampar tidak mau sapinya divaksin, kata dia, sekarang petugas kesehatan hewan terus menggencarkan sosialisasi dan pemahaman. Tujuannya agar peternak mau hewan ternaknya divaksin.

Menurut Faralinda, kerbau yang terindikasi terjangkit penyakit SE akan menunjukkan gambaran gejala klinis berupa peningkatan suhu tubuh, respirasi, pulsus/denyut jantung, hewan berbaring, timbul leleran, dan anoreksia. Dia berharap, setelah banyak ternak yang divaksin maka penyakit itu bisa hilang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement