Jumat 02 Sep 2022 17:35 WIB

Harga Telur di Tangsel Masih Rp 32 Ribu per Kg

Sejak Agustus kenaikan harga telur terus bertahan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja menyortir dan membersihkan telur ayam. Harga telur bertahan tinggi sejak Agustus 2022.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Pekerja menyortir dan membersihkan telur ayam. Harga telur bertahan tinggi sejak Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Harga komoditas telur di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terpantau masih bergerak di angka Rp 32 ribu per kilogram (kg). Harga tersebut sudah berlaku sejak sekitar satu bulan yang lalu.

"Iya masih sama sampai sekarang satu kilogramnya Rp 32 ribu," kata Wati, salah satu pedagang di pasar kawasan Serpong, Tangsel, Jumat (2/9/2022).

Baca Juga

Wati menyebut, dalam sepekan terakhir sempat adanya penurunan harga, namun sangat tipis. "Kemarin sempat turun tapi cuma 300 perak jadi kita belum berani menurunkan harganya karena telur naik turunnya nggak jelas," ungkapnya.

Kenaikan harga tersebut dari harga normal sekitar Rp 25 ribu per kg diketahui sudah terjadi sejak awal Agustus 2022. Harga telur, kata Wati, memang kerap mengalami pergerakan naik dan turun, namun untuk kali ini kenaikannya terus bertahan.

"Telur itu biasanya naik (harganya) satu atau dua hari saja, habis itu turun lagi, tapi kali ini bertahan Rp 32 ribu per kg sejak masuk Agustus 2022 lah," tuturnya.

Wati mengaku tidak mengetahui penyebab kenaikan harga telur yang tinggi saat ini dan terus bertahan. Kendati demikian, berdasarkan penuturannya, meski harga telur mengalami kenaikan yang cukup tinggi, pembelian masih bergerak normal. Masyarakat dinilai tetap membeli telur dengan harga tinggi karena untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel Heru Agus Santoso sebelumnya telah mengatakan, rerata harga telur di Tangsel memang berkisar Rp 31 ribu hingga Rp 32 ribu per kg. Menurut penuturannya, faktor yang memengaruhi tingginya harga telur lantaran faktor biaya pakan ternak yang tinggi.

“Kita sudah lakukan pantauan, kondisinya karena memang harga beli peternaknya sudah tinggi. Kita juga sudah koordinasi dengan teman-teman Dinas Pertanian, memang beberapa peternak alasannya karena pakan ternak yang cukup tinggi (biayanya), itu memengaruhi harga telur jadi tinggi di samping permintaan yang cukup tinggi, seperti itu kurang lebih,” tutur Heru.

Heru menuturkan, pihaknya telah melaporkan kondisi tersebut ke Pemerintah Provinsi Banten untuk kemudian disampaikan ke Kementerian Perdagangan. Dia berharap ada langkah intervensi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk dapat mengendalikan harga telur yang tengah melambung dan disebut-sebut tertinggi sepanjang sejarah tersebut.

“Harapan kami ya ada intervensi karena ini kan skala nasional harga telur tersebut. Kami juga sudah mencari formulasi untuk pelaksanaan operasi pasar,” tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement