REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Depertemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Amin Soebandrio mengingatkan virus SARS-CoV2 penyebab Covid-19 yang terus bermutasi. Meski terus bermutasi, hanya 4 sampai 5 persen yang bisa menyesuaikan diri.
"Virus (Covid-19) itu terus bermutasi dan bisa berubah," ujar Amin dalam konferensi virtual, Jumat (2/9/2022).
Walau virus ini terus bermutasi, dia melanjutkan, sebagian besar mutasi ini membuat virus semakin lemah. Amin menyebutkan hanya 4 sampai 5 persen dari total mutasi yang dapat membuat virus lebih fit.
Artinya mutasi virus ini lebih bisa menyesuaikan diri terhadap tekanan lingkungan, baik itu obat atau antibodi. Kendati demikian, dia meminta mutasi 4 atau 5 persen virus ini harus dihadapi.
Walaupun masih bermunculan varian yang cukup mengkhawatirkan, diharapkan dalam rentang waktu tertentu semakin lama semakin menurun kemampuan menular maupun virulensinya. Lebih lanjut ia mengakui beberapa perusahaan vaksin besar memang sudah berupaya untuk bisa menyesuaikan vaksin terhadap varian baru Covid-19.
Namun, ia juga meminta masyarakat juga mencegah virus ini untuk menemukan host baru.
"Selama kita bisa mencegah virus ini menemukan host baru, maka itu akan memperkecil kemungkinan virus bermutasi," katanya.
Ia menambahkan, kuncinya adalah upaya manusia untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Baik kekebalan dari antibodi maupun diperantarai kekebalan seluler. Ini termasuk mendapatkan Covid-19.
Ia menjelaskan, manfaat vaksin Covid-19 yang harus dipahami oleh semua pihak. Selama manusia memiliki kekebalan-kekebalan ini sekecil apapun, dia melanjutkan, maka sudah memberikan dampak yang positif.
Artinya, dengan imunitas ini setidaknya bisa menghindari tertular Covid-19. Kalaupun terinfeksi, kondisinya tidak berat dan tidak otomatis langsung menyebabkan kematian. Selain itu dengan tak tertular Covid-19 maka juga mencegah sumber penularan bagi orang lain.