REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Warga yang tergabung dalam SKI (Sekretariat Kolaborasi Indonesia) di berbagai wilayah akhir-akhir ini getol melakukan silaturahim ke kantor-kantor partai politik yang memberikan sinyal dukungan ke Anies Baswedan.
Mereka mendesak agar partai-partai tersebut segera memberikan rekomendasi pencalonan presiden bagi Sang Gubernur DKI Jakarta.
Di Yogyakarta, misalnya, SKI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama elemen-elemen pendukung Anies lainnya pada 1 September lalu ‘menggeruduk’ pengurus DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Warga meminta pengurus partai level provinsi lebih aktif dalam meyakinkan ‘bos’ partai masing-masing tentang besarnya dukungan arus bawah untuk Anies. Sebelumnya, SKI Jawa Tengah (Jateng) bahkan memulai gerilya politik itu dari kantor-kantor partai di tingkat kabupaten dan kota.
Di Pemalang (30/8/2022), Ketua SKI Jateng, Azmi Majid, mengaku mendapatkan tanda keseriusan Ketua PKS setempat, Suwarso, dalam memperjuangkan Anies.
“Beliau berjanji untuk meneruskan desakan warga ke pimpinan partai. Namun, warga juga diminta mendorong terciptanya koalisi beberapa partai karena PKS tak bisa sendirian,” ujar Azmi.
Di wilayah lain, silaturahim tak hanya dilakukan ke Nasdem, PKS atau Partai Demokrat. Di Jawa Timur (Jatim), misalnya, SKI di Provinsi tersebut berancang-ancang mendatangi kantor PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
“Kami menemukan fakta bahwa akar rumput dua partai tersebut lebih condong ke Pak Anies. Makanya kami akan sowan juga ke sana,” ujar Thayyib Kartawi, juru bicara SKI Jatim.
Gerakan warga yang berinisiatif menyampaikan aspirasi politiknya ke kantor-kantor partai tingkat lokal dinilai positif oleh sosiolog politik Universitas Trunojoyo Madura, Dr Khoirul Rosyadi.
Cak Ros, demikian panggilan akrabnya, berpendapat, apa yang dilakukan SKI di berbagai wilayah merupakan upaya menyambungkan pikiran massa dengan langkah elit politik.
Selama ini, suara dari dua pemangku kepentingan politik itu dinilainya kerap tidak sinkron alias tidak ‘nyambung’.
“Kita kerap menyaksikan, rakyat pengennya ke arah mana, tapi elite berjalan ke arah lain. Ada distorsi yang disebabkan meningkatnya pola politik transaksional serta menguatnya cengkeraman oligarki,” ujar Pengamat lulusan Universitas Persahabatan Rakyat (RUDN) Moskow, Rusia, itu.
Menurut Cak Ros, gerakan warga ‘menggeruduk’ kantor parpol tak bisa dipandang sebelah mata. Upaya mendesak partai-partai politik untuk mengegolkan nama Anies Baswedan itu bakal sukses jika dilakukan secara masif, teroganisasi dan konsisten oleh kelompok-kelompok warga di seluruh wilayah di Indonesia.
“Kesuksesan gerakan ditentukan sejauh mana mereka mampu melakukan scale up (perluasan skala gerakan) dan scale in (pendalaman dukungan). Tapi, dari pengamatan saya, gerakan ini punya peluang membesar,” kata dia.