REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite menjadi Rp 10 ribu per liter, solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter, dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjawab pertanyaan banyak orang terkait kenaikan BBM terjadi saat harga minyak dunia turun.
"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan. Kami terus melakukan penghitungan dengan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang turun ke 90 dolar AS sekalipun maka subsidi masih akan besar," kata Sri dalam konferensi video, Sabtu (3/9/2022).
Sri menjelaskan jika ICP turun di bawah 90 dolar AS per barel maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih pada angka 97 dolar AS per barel. Dengan perhitungan tersebut, Sri menegaskan angka kenaikan subsidi tetap akan terjadi.
"Angka kenaikan subsidi yang waktu itu disampaikan ke media dari Rp 502 triliun tetap akan naik tidak akan menjadi Rp 698 triliun namun Rp 653 triliun kalau harga ICP rata-rata 90 dolar AS per barel sampai Desember," ungkap Sri.
Sedangkan jika ICP berada pada angka 85 dolar AS per barel sampai Desember 2022 maka kenaikan subsidi akan tetap terjadi yaitu Rp 502 triliun menjadi Rp 640 triliun. Sri menyebut kenaikan Rp 137 triliun atau Rp 151 triliun tergantung ICP.
Sri memastikan perkembangan dari ICP akan terus dipantau. Hal tersebut dikarenakan karena suasana geopolitik dan dari proyeksi ekonomi dunia masih akan dinamis.
Dia menegaskan, pemerintah juga akan memantau dampak inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan. Khususnya setelah kenaikan BBM yang diumumkan hari ini.
"Kita perkirakan dengan adanya bansos yang diberikan maka kita bisa menahan pertambahan jumlah kemiskinan sehingga tetap bisa kita jaga dan diupayakan menurun melalui program pemerintah lainnya," tutur Sri.