Ahad 04 Sep 2022 21:12 WIB

Dosen Mengabdi IPB Gencarkan Edukasi Pengelolaan Sampah ke Warga Sukabumi

IPB gencarkan upaya edukasi pengelolaan sampah ke warga kota Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Sampah. Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Sukabumi menggencarkan upaya edukasi pengelolaan sampah ke warga di Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Sampah. Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Sukabumi menggencarkan upaya edukasi pengelolaan sampah ke warga di Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Sukabumi menggencarkan upaya edukasi pengelolaan sampah ke warga di Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi. Hal ini dilakukan karena setiap tahunnya produksi sampah meningkat termasuk di Sukabumi.

Edukasi ini mengemuka dalam program Dosen Mengabdi Reguler di Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibeureum, Jumat (26/8/2022) lalu. Kegiatan dosen mengabdi ini merupakan salah satu program unggulan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB.

Baca Juga

''Program ini memberikan kesempatan kepada dosen dalam membantu masyarakat,'' ujar Ketua Tim Dosen Mengabdi Reguler, Bahroin kepada wartawan, Ahad (4/9/2022). Khususnya dalam melakukan ahli teknologi dan memberikan solusi berdasarkan kajian akademik pada permasalahan yang ada.

Pemilihan Kelurahan Babakan, Sukabumi ini lanjut Bahroin, merupakan salah satu wilayah yang berada di lingkar Kampus IPB Sukabumi. Dosen mengabdi kali ini merupakan bentuk respon aspirasi dari kelompok masyarakat yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sauyunan dalam menghadapi permasalahan pengelolaan sampah.

Menurut Bahroin, sampah sebagai produk sampingan dari kegiatan ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) telah menjadi permasalahan dan perlu perhatian yang serius. Dampak buruk yang terjadi akibat sampah mencakup kepada semua aspek seperti aspek lingkungan, ekonomi dan sosial (KHLH, 2020).

Permasalahan sampah ungkap Bahroin, melanda seluruh daerah di Indonesia tanpa terkecuali, termasuk Kota Sukabumi. Di mana, jumlah timbulan sampah Kota Sukabumi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Timbulan sampah Kota Sukabumi Tahun 2021 mencapai 65.795,65 ton/tahun, atau meningkat sebesar 0,6 persen jika dibandingkan tahun 2020. Kondisi jumlah timbulan sampah yang terus meningkat belum sepenuhnya berhasil dalam pengelolaannya.

Data tahun 2021 lanjut Bahroin, menyatakan bahwa Kota Sukabumi menjadi salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki tingkat persentase penanganan sampah tertinggi ketiga setelah Kota Bandung dan Kota Bogor. “Angka persentase penanganan sampahnya telah mencapai 74,81 persen (KLHK,2022),'' ujar Bahroin.

Sampah yang terkelola ini ternyata belum dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Hal ini terlihat dari data recycling rate pada tahun 2021 hanya mencapai 4,98 persen.

Angka recycle yang rendah ungkap Bahroin, mengindikasikan adanya permasalahan pemilahan dari sumber sampah yang mengakibatkan sulitnya melakukan pengelolaan di tahapan selanjutnya. Mengacu pada kekhawatiran dan permasalahan sampah tersebut, Tim Dosen Mengabdi Reguler di Lingkar Kampus IPB Sukabumi yang beranggotakan tiga orang yaitu Adi Hadianto, Ujang Sehabudin dan Hendri Wijaya melakukan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.

Bertajuk “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berkelanjutan Bernilai Ekonomi Berbasis Gender Equality and Social Inclusion (GESI)". Kegiatan ini guna memberikan edukasi dan pelatihan kepada ibu-ibu KWT agar terampil dalam melakukan pengelolaan sampah di rumah tangganya.

“Kami berharap para ibu-ibu KWT bisa memilah dan memilih jenis dan karakteristik sampah dalam tahap pengelolaan sampah sejak dari sumbernya,'' kata Bahroin. Selain itu meningkatkan keterampilan anggota rumah tangga dalam tahapan pengurangan dan pemilahan sampah sejenis sampah rumah tangga.

Bahroin mengungkapkan, KWT menjadi target sasaran dalam program pengabdian ini. Dikarenakan wanita umumnya memberikan curahan waktu wanita dalam rumah tangga rata-rata 56,71 jam/minggu (Rosnita, 2014).

Curahan waktu terbesar digunakan untuk kegiatan produktif sebesar 35,10 jam/minggu dan kegiatan reproduktif (mengurus rumah tangga) sebesar 25,61 jam per minggu. Diharapkan lanjut Bahroin dari perempuan dapat menjadi agent of change di dalam keluarga khususnya dalam merubah kebiasaan dalam pengelolaan sampah.

''Terdapat tujuh tahapan pengelolaan sampah yaitu,pengurangan, pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah,'' cetus Bahroin. Peran rumah tangga sangat penting dalam empat tahapan awal yaitu pengurangan hingga pengumpulan, utamanya adalah dalam tahap pemilahan.

Fokus pengelolan sampah kata Bahroin, pada pemilahan dimana kegiatan ini merupakan aktivitas mengelompokkan sampah sesuai dengan jenisnya sebelum masuk kepada wadah sampah. Secara umum terdapat tiga jenis pengelompokkan sampah yaitu sampah organik (sampah makanan dan serasah), anorganik (Kardus, botol minuman, kaleng, sisa kain, plastik, kertas, dan kaca) dan B3 (Kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obat obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan listrik, baterai dan peralatan elektronik rumah tangga).

Sampah yang telah terpilah tutur Bahroin, diharapkan dapat dikelola lebih mudah karena sudah spesifik bisa ditentukan teknologi yang akan digunakan. Dalam kegiatan dosen mengabdi ini juga disampaikan mengenai alat kelola sampah rumah tangga hasil inovasi Prof Arief Sabdo Yuwono dari IPB berupa Tempat Sampah SABDO (Sebelas Detik Aja Bio-Degradasi Organik).

Sampah organik yang disimpan di Tempat Sampah SABDO ini akan terdegradasi karena terdapatnya larva BSF (black soldier fly). Produk yang dihasilkan setelah menggunakan Tempat Sampah SABDO ini adalah berupa kompos sebagai media tanam dan pupuk organik serta larva BSF sebagai salah satu sumber protein untuk pakan hewan ternak.

Menurut Bahroin, inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan sampah khusunya untuk sampah organik dan menciptakan produk yang bernilai ekonomi bagi anggota KWT. Harapannya tempat sampah SABDO ini nantinya dalam menjadi contoh dan insentif untuk para anggota KWT mengelola sampahnya dan berdampak positif pada kegiatan utama di sektor pertanian.

Lurah Babakan Kota Sukabumi, Burhanudin menerangkan, saat ini sudah 80 persen kapasitas TPA Cikundul sudah terisi. Hal ini dikhawatirkan untuk keberlanjutan pengelolaan sampah, terlebih jika mempertimbangkan tingginya laju pertumbuhan pendudukan dan sulitnya mencari lahan baru untuk TPA.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement