REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) (BNI) Tbk mencatatkan pembiayaan berbasis environmental, social and governance (ESG) sebesar Rp 176,6 triliun pada semester I 2022. Adapun realisasi ini tumbuh 26,69 persen secara tahunan dari pembiayaan ESG sebesar Rp 139,4 triliun pada semester I 2021.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan seluruh pembiayaan tersebut diperuntukkan bagi industri yang menghasilkan produk atau jasa yang berdampak positif terhadap lingkungan hidup. Pembiayaan hijau atau green financing diberikan untuk kebutuhan pembangunan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM senilai Rp 117,9 triliun.
“Selebihnya digunakan kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau sebesar Rp 16,1 triliun, energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 12,0 triliun. Serta pengelolaan polusi sebesar Rp 7,2 triliun, dan pengelolaan air dan limbah sebesar Rp 23,4 triliun,” ujarnya kepada wartawan dikutip Ahad (4/9/2022).
Menurutnya kredit hijau ini telah menyumbang sebesar 28,6 persen dari total kredit perseroan pada semester I 2022. Perseroan juga menghadirkan kemudahan kepemilikan kendaraan listrik melalui pembiayaan konsumer dan pembiayaan melalui anak usaha BNI Multifinance, dengan bunga yang lebih menarik dibandingkan dengan pembiayaan khusus mobil konvensional.
“Kami juga bekerja sama dengan PLN dalam pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dengan skema partnership di lingkungan kantor BNI,” ucapnya.
Dia juga menekankan pembiayaan pada energi baru terbarukan (EBT) terus meningkat dengan cukup kuat. Pada semester I 2022, pembiayaan ke EBT diperuntukkan bagi kebutuhan pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, serta biogas.
“Dalam upaya mendukung green portfolio, BNI menjadi pioner dengan menerbitkan green bond dalam denominasi rupiah senilai Rp 5 triliun. Penerbitan ini nantinya akan digunakan untuk mendorong kinerja green banking khususnya pembiayaan pada 11 kategori area hijau sesuai POJK 60/ POJK.04/2017,” ucapnya.