Ahad 04 Sep 2022 22:08 WIB

Badan Pangan Kaji Kenaikan Harga Acuan Gabah Petani

Penetapan harga acuan gabah mempertimbangkan faktor inflasi dan kemampuan konsumen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Badan Pangan Nasional (NFA) tengah mengkaji kenaikan harga acuan gabah kering panen (GKP) petani seiring dengan tren kenaikan harga gabah saat ini. (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Badan Pangan Nasional (NFA) tengah mengkaji kenaikan harga acuan gabah kering panen (GKP) petani seiring dengan tren kenaikan harga gabah saat ini. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) tengah mengkaji kenaikan harga acuan gabah kering panen (GKP) petani seiring dengan tren kenaikan harga gabah saat ini. NFA menekankan, penetapan harga acuan gabah akan mempertimbangkan faktor inflasi dan kemampuan konsumen.

"Kita harus menata karena gabah kering panen sudah merangkan naik, otomatis harga acuan harus kita sesuaikan, sedang kita hitung berapa pasnya," kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, saat ditemui di Jakarta, akhir pekan ini.

Baca Juga

Acuan harga gabah saat ini diatur melalui Permendag Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Harga GKP sebesar Rp 4.200 per kilogram (kg) di tingkat petani dan Rp 4.250 per kg di tingkat penggilingan. Selain itu, harga acuan gabah kering giling (GKG) di penggilingan sebesar Rp 5.250 per kg.

Sepanjang Agustus 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi pada beras 0,54 persen akibat terjadi kenaikan harga. Itu disebabkan oleh kenaikan harga gabah dari petani.

Mengutip data harga gabah NFA, rata-rata harga GKP di tingkat petani hingga Sabtu (3/9/2022), sudah mencapai Rp 5.390 per kg sedangkan di penggilingan berkisar Rp 5.550 per kg. Adapun harga GKG di penggilingan sekitar Rp 5.830 per kg.

Ketut menjelaskan, kenaikan harga bisa jadi disebabkan oleh faktor cuaca, penurunan produksi hingga soal lonjakan harga pupuk. Dengan penyesuaian harga acuan gabah, diharapkan produksi beras nasional lebih optimal. Di tengah krisis pangan global, pemerintah memprioritaskan pengamanan pasokan pangan untuk masyarakat dalam negeri. "Kita utamakan ketersediaan diproduksi sebanyak-banyaknya," kata Ketut.

Seperti diketahui, sepanjang 2021 lalu, BPS mencatat produksi GKG sebesar 54,52 juta ton atau setara 31,36 juta ton beras. Produksi beras tahun 2021 mengalami penurunan 0,45 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 31,5 juta ton. Kendati demikian Indonesia sudah mencapai swasembada beras.

Memasuki 2022 BPS memproyeksi Indonesia akan kembali mencapai swasembada. Hingga akhir Juni lalu BPS mencatat stok cadangan beras secara nasional mencapai 9,11 juta ton sedangkan rata-rata konsumsi bulanan hanya 2,5 juta ton. Hingga akhir tahun ini, panen gabah masih akan berlangsung.

Ketut pun mengatakan, musim panen raya yang akan jatuh pada Agustus-September 2022 kemungkinan akan diperoleh pasokan sekitar 5-7 juta ton gabah. Sembari mengkaji kenaikan harga acuan gabah, Ketut menuturkan, pihaknya tengah mengkaji  harga eceran tertinggi (HET) beras yang baru.

Saat ini, besaran HET beras ditetapkan berdasarkan lokasi dalam Permendag Nomor 57 Tahun 2017. Harga beras medium sebesar Rp 9.450 per kg-Rp 10.250 per kg dan premium Rp 12.800 per kg-Rp 13.600 per kg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement