REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Ulama besar Saudi, Syekh Utsaimin dalam Ensiklopedia Fatwa Syekh Utsaimin yang ditulis Syekh Sholah Mahmud As Said mengimbau agar umat menghindari dosa riya. Riya disebut bisa tergolong sebagai syirik kecil atau bahkan syirik besar.
"Riya' adalah syirik kecil. Karena manusia membuat tandingan dengan seseorang selain Allah dalam ibadahnya. Kadang kadang bisa sampai kepada syirik yang besar. Ibnul Qayyim rahimahullah membuat contoh dalam syirik kecil dengan riya' yang sedikit, ini menunjukkan bahwa banyak diantara riya' kadang-kadang bisa sampai kepada syirik besar,"kata Syekh Utsaimin.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Artinya: "Katakanlah, Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al Kahf: 110).
Menurutnya, sebuah perbuatan baru bisa disebut amal yang soleh jika dilakukan dengan benar dan murni. Murni maksudnya apa yang ditujukan untuk Allah semata. Dan benar adalah apa yang dilakukan sesuai dengan syari'at Allah.
Sehingga apa yang ditujukan untuk selain Allah bukanlah amal soleh dan apa yang keluar dari syari'at Allah bukanlah amal soleh dan tertolak bagi yang mengerjakannya.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda
Yang artinya:
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami (Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam) maka amalan tersebut adalah tertolak.” (HR. Muttafaq 'alaih).
Dan beliau juga bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Muttafaq alaih)
Sebagian ulama berkata bahwa dua hadits di atas adalah timbangan amal. Hadits masalah niat adalah timbangan amal batin, sedangkan hadits yang lainnya adalah timbangan amal zhahir.