REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar kembali membahas soal komitmen dan rencana kerja sama penyelamatan harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) dan satwa dilindungi lainnya dengan Federasi Rusia.
"Alhamdulillah satu kehormatan bagi kita diundang untuk membahas harimau ini dengan Rusia. Saya ceritakan keadaan harimau sumatera di Aceh," kata Malik Malik Mahmud Al-Haytar, di Aceh Besar, Senin (6/9/2022).
Usai menjadi pembicara pada konferensi bertajuk best practices for tiger conservation (praktik terbaik untuk konservasi harimau) yang dilaksanakan pihak Federasi Rusia, Malik mengatakan, pertemuan tersebut sebenarnya juga dalam rangka kerja sama Aceh dengan Rusia. Karena itu dilaksanakan sharing pengalaman satu sama lain terkait penyelamatan harimau tersebut.
Tgk Malik Mahmud menjadi salah satu pembicara mewakili Indonesia. Ia diundang sebagai tindak lanjut rencana kerja sama yang sudah dibahas kedua pihak beberapa waktu lalu terkait beberapa hal, termasuk soal penyelamatan harimau.
"Jadi ternyata Presiden Rusia Vladimir Putin sangat peduli dengan harimau. Makanya di sana sudah cukup baik dalam penyelamatan harimau. Saya juga sangat cinta dengan alam," katanya.
Dalam kesempatan itu, Malik menyampaikan bahwa habitat harimau di Aceh memang sudah berkurang karena beberapa persoalan seperti banyaknya pembukaan lahan hingga perburuan.
Menurut dia Pemerintah Aceh selama ini masih kurang memberikan perhatian terhadap satwa dilindungi. Karenanya diharapkan ke depan alam Aceh harus dijaga bersama.
"Maka dari itu kita harapkan pengalaman mereka (Rusia) dalam penyelamatan satwa harus kita diterapkan di Aceh. Apalagi hutan Aceh masih sangat bagus, dan ini harus dijaga dan dilestarikan beserta satwa-satwanya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Malik juga menyampaikan bahwa selama ini yang cukup berperan membantu mengurangi perburuan harimau dengan menghilangkan jerat di Aceh adalah LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan masyarakat.
Sehingga, membuat frustasi para pemburu liar yang memasang perangkap itu. Hasil kerja ini menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir sekitar 80 persen dalam kegiatan perburuan, maka populasi harimau di Aceh setidaknya stabil dan bahkan meningkat.
Ia merasa kagum dengan Rusia yang sudah mampu melindungi bahkan meningkatkan populasi harimau siberia. "Maka saya juga ingin mengusulkan agar kita dapat bekerjasama dan menyatukan pengetahuan keterampilan dalam melestarikan harimau baik di Sumatra maupun Rusia," ujar Tgk Malik Mahmud.