Selasa 06 Sep 2022 08:51 WIB

Wabah Campak Tewaskan 700 Anak-Anak di Zimbabwe

37 kematian akibat wabah campak terjadi dalam satu hari pada 1 September.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Korban tewas akibat wabah campak di Zimbabwe telah meningkat menjadi hampir 700 anak.
Foto: AP/Tsvangirayi Mukwazhi
Korban tewas akibat wabah campak di Zimbabwe telah meningkat menjadi hampir 700 anak.

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Korban tewas akibat wabah campak di Zimbabwe telah meningkat menjadi hampir 700 anak. Beberapa menyerukan diberlakukannya undang-undang untuk mewajibkan vaksinasi.

Kementerian Kesehatan Zimbabwe pekan mengumumkan bahwa, 698 anak telah meninggal karena campak sejak wabah dimulai pada April. Kementerian mengatakan, 37 kematian terjadi dalam satu hari pada 1 September.  Kementerian Kesehatan mencatat 6.291 kasus pada 4 September. Sebagian besar kematian menyerang anak-anak yang tidak divaksinasi campak. Anak-anak tersebut tidak divaksinasi karena keyakinan agama keluarga mereka.

Presiden dari Asosiasi Praktisi Medis dan Gigi Swasta Zimbabwe, Johannes Marisa, mengatakan kepada The Associated Press, pemerintah harus meningkatkan kampanye vaksinasi massal yang sedang berlangsung. Termasuk memulai program kesadaran terutama pada kelompok anti-vaksin.

“Karena perlawanan, pendidikan mungkin tidak cukup sehingga pemerintah juga harus mempertimbangkan untuk menggunakan langkah-langkah koersif untuk memastikan tidak ada yang boleh menolak vaksinasi untuk anak-anak mereka,” kata Marisa.

Marisa mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan memberlakukan undang-undang yang mewajibkan vaksinasi terhadap penyakit serius seperti campak. UNICEF sangat prihatin dengan jumlah kasus dan kematian di antara anak-anak karena campak.  Badan tersebut mengatakan, mereka berupaya membantu pemerintah untuk memerangi wabah campak melalui program imunisasi.

Wabah campak pertama kali dilaporkan di Provinsi Manicaland pada awal April. Sejak itu, wabah menyebar ke seluruh Zimbabwe.

Kabinet Zimbabwe telah mengajukan undang-undang yang digunakan untuk menanggapi bencana dalam menangani wabah tersebut. Pemerintah telah memulai kampanye vaksinasi massal yang menargetkan anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 15 tahun, dengan melibatkan para pemimpin adat dan agama untuk mendukung upaya tersebut.

Zimbabwe terus melakukan program vaksinasi campak kepada anak-anak selama puncak pandemi virus korona. Tetapi upaya itu terhambat oleh kelompok-kelompok agama yang menentang vaksin. Sekte-sekte Kristen menentang pengobatan modern.

"Pertemuan gereja setelah pelonggaran pembatasan Covid-19 telah menyebabkan penyebaran campak ke daerah yang sebelumnya tidak terkena," kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan pekan lalu.

Campak adalah salah satu penyakit paling menular di dunia. Sebagian besar menyebar di udara melalui batuk, bersin, atau kontak dekat. Gejalanya meliputi batuk, demam, dan ruam kulit. Sementara risiko campak parah atau kematian akibat komplikasi tinggi di antara anak-anak yang tidak divaksinasi.

Wabah pada populasi yang tidak divaksinasi dan kekurangan gizi diketahui telah membunuh ribuan orang.  Para ilmuwan memperkirakan bahwa lebih dari 90 persen populasi perlu diimunisasi untuk mencegah wabah campak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada April memperingatkan peningkatan campak di negara-negara rentan sebagai akibat dari gangguan layanan kesehatan selama pandemi Covid-19. Pada Juli UNICEF mengatakan, sekitar 25 juta anak di seluruh dunia telah melewatkan imunisasi rutin terhadap penyakit anak-anak yang umum. Hal ini menjadi "peringatan merah" untuk kesehatan anak.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement