REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 7 dari 10 ahli di Korea Selatan menganggap industri pembuatan chip lokal berada dalam krisis karena berbagai risiko eksternal, menurut sebuah survei, dilansir Yonhap, Selasa (6/9/2022).
Menurut survei terhadap 30 ahli di sektor semikonduktor, yang diambil oleh Kamar Dagang dan Industri Korea (KCCI), sebanyak 76,7 persen responden mengatakan industri pembuatan chip lokal "dalam keadaan krisis."
Lebih lanjut, hanya 3,3 persen yang menjawab bahwa industri ini "tidak dalam keadaan krisis," menurut survei tersebut. Selain itu, sebanyak 58,6 persen dari para ahli yang menjadi responden memperkirakan prospek suram tersebut akan berlanjut setelah tahun 2024.
Survei tersebut mengatakan 43,4 persen menganggap situasi saat ini sebagai "yang terburuk dalam dekade terakhir", atau lebih suram daripada tahun 2016 dan 2019, ketika ekspor semikonduktor Korea mengalami salah satu penurunan paling tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Para ahli mengutip ketidaksesuaian dalam penawaran dan permintaan global, ketegangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Beijing, dan teknologi China yang berkembang pesat sebagai risiko eksternal utama yang mengancam industri semikonduktor lokal.
Lembaga itu menjelaskan, China sangat dekat dengan Korea Selatan, terutama dalam teknologi manufaktur NAND Flash. Khususnya, Apple pekan lalu setuju untuk menggunakan chip memori dari Yangtze Memory Technologies China dalam model iPhone di masa depan.