Selasa 06 Sep 2022 09:31 WIB

Presiden Prancis Serukan Penghematan Listrik di Tengah Krisis Energi

Penghematan listrik bertujuan menghindari risiko penjatahan dan pemotongan energi

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pengurangan penggunaan energi sebesar 10 persen dalam beberapa pekan atau beberapa bulan mendatang.
Foto: Ludovic Marin, Pool via AP
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pengurangan penggunaan energi sebesar 10 persen dalam beberapa pekan atau beberapa bulan mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pengurangan penggunaan energi sebesar 10 persen dalam beberapa pekan atau beberapa bulan mendatang. Penghematan ini bertujuan untuk menghindari risiko penjatahan dan pemotongan energi selama musim dingin di tengah konflik Rusia-Ukraina.

Macron pada Senin (5/9/2022) memperingatkan, penghematan energi secara paksa mungkin harus dipertimbangkan dalam beberapa bulan mendatang jika upaya sukarela tidak cukup. Macron mengatakan, rencana penjatahan energi sedang disiapkan jika dibutuhkan, dan pemotongan akan diambil sebagai upaya terakhir.

Baca Juga

“Energi terbaik adalah yang tidak kita konsumsi,” kata Macron

Macron mendesak bisnis dan rumah tangga Prancis untuk menghemat energi, termasuk dengan mematikan pemanas dan pendingin udara. Prancis termasuk salah satu di antara banyak negara Eropa yang memperketat ikat pinggang karena biaya energi melonjak.  Pipa utama Rusia yang membawa gas alam ke Jerman telah ditutup. Presiden Komisi Eropa mengatakan, pasar listrik Uni Eropa “tidak lagi beroperasi” di tengah efek lanjutan dari perang Ukraina.

Banyak rumah Prancis sudah mengekang penggunaan gas dan listrik karena kenaikan harga. Tetapi tidak semua orang akan mengikuti seruan Macron.  Perdana menteri Prancis pekan lalu mengatakan, pemerintah akan memadamkan listrik secara bergilir selama dua jam pada musim dingin jika tidak ada solusi untuk menghemat energi.

Macron mengatakan, Prancis akan  meningkatkan pasokan gas ke Jerman untuk memenuhi penurunan pasokan gas Rusia dari timur.  Sebagai gantinya, Jerman akan terus memasok listrik ke Prancis untuk mengkompensasi kekurangan yang disebabkan oleh pemeliharaan yang sedang berlangsung di reaktor nuklir Prancis.

Macron mengatakan, Prancis dan Jerman mendukung gagasan untuk mewajibkan perusahaan energi yang menghasilkan keuntungan besar dari lonjakan harga gas dan minyak untuk memberikan "kontribusi" kepada kas publik. Aktivis Prancis dan politisi oposisi telah menyerukan kenaikan pajak terhadap perusahaan minyak dan gas yang menghasilkan "keuntungan super" di tengah krisis energi Eropa.

Macron menghindari penggunaan kata pajak. Dia menyebutnya sebagai mekanisme kontribusi Eropa dari perusahaan energi yang biaya produksinya jauh lebih rendah daripada harga jual pasar. Macron juga mendukung pembatasan harga gas Rusia, yang didorong oleh para pemimpin Uni Eropa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement