REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan negara dengan marine biodiversity (keanekaragaman hayati perairan) terbesar di dunia. “Diperkirakan 8.500 spesies ikan hidup di perairan Indonesia (45 persen) dari jumlah spesies ikan dunia). Sebanyak 1.300 spesies berada di perairan tawar,” ungkap Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Ia menambahkan, dilihat dari jumlah spesies ikan air tawar endemik, Indonesia menempati ranking ke- 4 di dunia (440 spesies) setelah Brazil (1.716 spesies), China (888 spesies) dan Amerika Serikat (593 spesies). Diperkirakan Indonesia memiliki lebih dari 140 spesies endemik ikan laut.
“Pada tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat baru enam jenis ikan asli (native species) Indonesia yang sudah dikembangkan melalui upaya budidaya,” kata Prof Rokhmin saat menjadi narasumber Seminar “Pelestarian Ikan Lokal Indonesia Untuk Keseimbangan Ekosistem” Universitas Satya Negara Indonesia di Auditorium Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Ia menjelaskan tantangan dan ancaman terhadap pelestarian ikan lokal (native species) dan keanekaragaman hayati perairan. Antara lain, introduksi ikan asing yang invasif dan berdampak negatif dengan menggeser keberadaan spesies ikan lokal akibat kalah bersaing dalam pemanfaatan ruang, oksigen terlarut, makanan dan parameter pendukung lainnya; pencemaran lingkungan akibat aktivitas manusia (limbah rumah tangga, limbah industri, maupun limbah pertanian); degradasi ekosistem dan fragmentasi habitat akibat pelurusan atau pembendungan sungai; dan penangkapan berlebih dan destruktif.
“Selain itu, perubahan iklim (global warming) yang dapat berdampak pada musim pemijahan, mengurangi habitat ikan, mengubah metabolisme ikan, dan menurunkan kadar oksigen terlarut di perairan,” kata Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/9/2022).
Rokhmin yang juga ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) menyebutkan strategi pelestarian ikan lokal dan ekosistem. “Strategi itu mencakup tiga hal, yakni save it, study it, dan use it sustainability,” kata Rokhmin yang membawakan makalah berjudul “Kebijakan Pembangunan untuk Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan yang Menyejahterajan dan Berkelanjutan”.
Save it adalah amankan spesies ikan lokal dan ekosistem perairan yang mengalami kerusakan dan terancam kelestarian (sustainability)-nya. Study it adalah teliti, pelajari semua aspek terkait dengan biodiversity, baik pada tingkatan genetik, spesies maupun ekosistem serta proses-proses ekologis yang menyertainya.
“Sedangkan use it sustainably adalah berdasarkan pada hasil penelitian dan pengkajian pada butir-2, maka susun rencana aksi untuk pengelolaan pemanfaatan (pembangunan) spesies ikan lokal dan ekosistem perairan bagi kesejehateraan umat manusia secara adil dan berkelanjutan (sustainable),” ujar Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).
Sebelumnya, Prof Rokhmin menjelaskan keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah variasi yang terdapat di antara makhluk hidup dari semua sumber (ekosistem) termasuk di antaranya ekosistem daratan, lautan, dan ekosistem perairan lain serta proses-proses ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya.
Ia menyebutkan, tingkatan biodiversity ada tiga, yakni genetik, spesies, dan ekosistem. Spesies asli (native spesies) adalah spesies yang menjadi penghuni suatu wilayah atau ekosistem secara alami tanpa campur tangan manusia.
Spesies endemic (endemic species) adalah spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain. “Spesies introrduksi (introduced spesies) adalah spesies yang yang berkembang di luar habitat aslinya akibat campur tangan manusia baik disengaja ataupun tidak,” ujarnya.